Mengenal Lie Eng Hok, Perintis Kemerdekaan Sahabat WR Supratman
Peristiwa | 12 Februari 2021, 05:30 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Tahun Baru Imlek 2021 ini ada baiknya mengenal sosok Lie Eng Hok. Nama ini boleh jadi kurang banyak dikenal. Namun, sejarah mencatat dia adalah bagian dari para perintis kemerdekaan Indonesia. Lie, kelahiran Balaraja, Tangerang, Banten 17 Februari 1893 dituding oleh pemerintah kolonial Belanda sebagai dalang dari pemberontakan Banten 1926.
Dikutip dari Buku "Peranakan Idealis" karya H. Junus Jahja terbitan Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) tahun 2002, Lie dibuang ke Digul (Papua) selama lima tahun berdasarkan Besluit Gouverneur Generaal Van Nederlandsch-Indie (Keputusan Gubernur Jenderal Hindia-Belanda) no.8 tanggal 19 Januari 1932.
Baca Juga: Mengenal Kue Tutun, Kue Keranjang Untuk Perayaan Imlek Khas Lampung
Hukuman buang ke Digul sudah lazim kala itu bagi para pembangkang terhadap pemerintah kolonial Belanda. Namun Lie tidak gentar. Dia tetap aktif membela Indonesia.
Dimasa hidupnya, Lie pernah menjadi wartawan Sin Po. Posisi sebagai wartawan inilah yang membuatnya dekat dengan pencipta lagu kebangsaan "Indonesia Raya" WAge Rudolf Supratman. Dari sahabatnya inilah dia banyak mengenal dan belajar tentang cita-cita kemerdekaan, sesuatu yang jarang didengungkan oleh keturunan Tionghoa kala itu.
Setelah pemberontakan dan dikenakan hukuman, kehidupan ekonomi Lie morat-marit. Karena tak mau bekerjasama dengan Belanda di Digul dia bekerja sebagai tukang tambal sepatu.
Harian Sin Po edisi 6 September 1930 memuat fotonya di pengungsian sebagai "tukang tambal sepatu" bersama U Pardede, bekas pemimpin redaksi Soeara Kita di Pematang Siantar.
Baca Juga: Tahun Baru Imlek 2021, Ini Alasan Kenapa Imlek Identik dengan Warna Merah
Pemberontakan Banten 1926 sendiri tercatat sangat merugikan pihak Belanda. Bahkan, pernah disebut sebagai pemberontakan pertama dalam sejarah perintis kemerdekaan yang menimbulkan kepanikan di orang-orang Belanda, bahkan hingga ke Batavia.
Di Batavia orang-orang Belanda sampai mengunci pintu-pintu rumah mereka karena ketakutan.
Penulis : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV