> >

AIMAN - Menelusuri Oksigen yang Hilang

Aiman | 5 Juli 2021, 11:42 WIB
Menelusuri Oksigen yang Hilang (Sumber: Kompas TV)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Ada banyak pertanyaan mengenai kenapa tabung oksigen tiba-tiba hilang. Apakah hanya karena adanya permintaan yang tinggi untuk pasien Covid-19 yang dikatakan 5 kali permintaan?

Aiman menemukan fakta di luar tingginya permintaan.

Kelangkaan Tabung Oksigen ini, beserta pengisiannya menjadi pemandangan hampir semua media, bahkan hingga media internasional. Langka tabung, dan langka pula isi ulang Oksigen.

Sebelum saya ungkapkan soal topik di atas, saya ingin meluruskan dulu. Ada perbedaan antara oksigen yang kita hirup sehari-hari dengan tabung oksigen. Perbedaan adalah terletak pada kadarnya.

Jika di udara terbuka, kadar Oksigen sekitar 20 persen dengan mayoritas berisi gas nitrogen.

Sementara yang terdapat pada tabung oksigen adalah kandungan oksigen dengan kadar di atas 96 persen. Artinya jauh lebih pekat kadarnya ketimbang di udara bebas.

Kenapa?

Baca Juga: Kronologi Petugas Keamanan Rumah Sakit Tertular Covid 19 - AIMAN

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Ari Fahrial Syam, menjelaskan bahwa pada pasien tertentu butuh oksigen dengan kadar yang lebih tinggi.

"Pada pasien yang mengalami sesak napas misalnya, membutuhkan oksigen dengan kadar lebih tinggi dan dengan tekanan tertentu dari instalasi atau tabung oksigen."

Ini sekaligus menjawab adanya video viral soal membuat oksigen darurat dengan menggunakan aerator alias alat untuk membuat gelembung udara yang biasa digunakan untuk Ikan hias.

Kadar oksigen yang dihasilkan hanyalah kadar udara seperti udara terbuka, hanya dia memiliki kelembaban yang lebih tinggi akibat dicampur dengan air" ungkap Ahli Mekatronik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), kepada saya di Program AIMAN yang tayang setiap Senin pukul 8 malam.

Baca Juga: Apa yang Kita Lakukan Untuk Menghalau Penularan Pandemi Ini | AIMAN (5)

Lalu kembali ke pertanyaan di atas. Di mana hilangnya Oksigen. Saya kutip pernyataan pers dari Biro Komunikasi Kemenko Maritim dan Investasi yang disampaikan pada Minggu malam (4/7/2021).

"Pasokan ketersediaan oksigen juga menjadi masalah yang langsung segera ditangani. Data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Kementerian Perindustrian (Kemenperin)  menunjukkan bahwa terjadi kenaikan permintaan oksigen menjadi 5 (lima) kali lipat. Untuk itu, Menko Luhut dalam rapat ini langsung berkoordinasi dengan Kemenperin agar pencatatan kebutuhan oksigen dirapikan di setiap kota."

Ternyata tak hanya soal permintaan yang luar biasa tinggi akibat kebutuhan untuk pasien Covid-19. Saya sempat mengunjungi Pasar Pramuka. Pemandangannya tidak biasa. Lalu lintas begitu padat, kendaraan mengantre masuk. Belum lagi di dalam. Saya sendiri membatasi diri.

Saya tidak memaksakan masuk hingga ke dalam pasar yang berada di Jakarta Timur ini. Melihat lorong-lorongnya saja, saya berpikir, potensi penularan covid-19 tinggi, karena tak lagi bisa dilakukan Protokol kesehatan, karena begitu padatnya.

Gambaran lengkap soal ini, ada di tayangan Program AIMAN di KompasTV.

Saya mewawancarai Ketua Harian Himpunan Pedagang Farmasi Pasar Pramuka, Yoyon. Saya tanyakan soal kelangkaan Tabung Oksigen dan segala perangkatnya, seperti selang dan regulator, serta pengisiannya. Yoyon dengan cepat mengiyakan!

Tapi ada satu hal yang disampaikannya dan saya perdalam dengan sejumlah pertanyaan saya. Yakni, sangat banyak yang membeli tabung oksigen dengan segala perlengkapannya bukan sebuah keperluan.

"Saya mau sampaikan kepada masyarakat, jangan membeli (tabung) oksigen hanya untuk Tren!" kata Yoyon.

Mereka membeli bukan untuk kebutuhannya, tapi sekadar untuk jaga - jaga. Hal yang wajar  jika dilakukan di masa normal. Tapi saat ini bukanlah masa normal. Saat ini adalah masa darurat yang ketika orang membutuhkan tabung berserta isi oksigen itu tidak mendapatkannya, maka nyawa yang jadi pertaruhan.

Yoyon bahkan menjelaskan meski tak ingat berapa angka pastinya, tapi ia mensinyalir mayoritas yang membeli tabung oksigen bukan karena ada keluarga atau kerabat yang sakit dan membutuhkan. Tapi mereka yang membeli dari hasil pengakuannya, biasanya untuk jaga - jaga tanpa ada yang sakit dan mereka yang tengah menjalani isolasi mandiri (isoman) yang artinya tanpa gejala atau dengan gejala ringan dan belum tentu membutuhkan oksigen dengan kadar dan tekanan tinggi.

Jadi apa yang dilakukan para pembeli ini, justru memperparah keadaan.

Tidakkah Anda merasa iba bagi mereka-mereka yang sangat membutuhkan, dan meninggal karena tidak mendapatkannya?

Sebuah pertanyaan yang bisa dijawab mudah tanpa menggunakan hati sekalipun...

Saya Aiman Witjaksono...

Salam!

Penulis : Ninuk Cucu Suwanti Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU