> >

Tak Setuju Ataturk Jadi Nama Jalan di Jakarta, HNW: Tidak Sesuai dengan Ketokohan Soekarno

Politik | 19 Oktober 2021, 15:02 WIB
Wakil Ketua MPR dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Hidayat Nur Wahid (HNW) di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (9/10/2019). (Sumber: KOMPAS.com/KRISTIAN ERDIANTO)

"Aspirasi dari banyak kelompok masyarakat yang menolak ini  tentunya juga sudah dibaca oleh pihak Turki, dan karenanya penting menjadi perhatian Pemerintah Indonesia, Pemprov DKI Jakarta dan pihak Kedubes RI di Ankara,” katanya. 

Ia menjelaskan bahwa pemberian nama hendaknya memang dalam rangka menghormati, saling menghormati, tetapi tidak harus beraroma resiprokal, timbal balik. 

"Maroko misalnya, sudah memberikan nama Soekarno untuk jalan di Rabath, karena penghormatan mereka atas jasa Soekarno terhadap bangsa-bangsa di Asia-Afrika, dan Gerakan Non Blok, tanpa meminta nama Raja Maroko dijadikan sebagai nama jalan di Jakarta," kata dia.

Selain itu, lanjut dia, meski sama-sama bergelar Bapak Bangsa, ada perbedaan yang mendalam antara Soekarno dan Ataturk. 

“Bung Karno tidak memotong akar sejarah Bangsa Indonesia, dengan memaksakan ideologi impor; bung Karno tidak mensekulerkan Indonesia. Beliau hadirkan Pancasila sebagai ideologi negara yang digali dari budaya dan sejarah Indonesia. Karenanya dalam Pancasila ada Ketuhanan Yang Maha Esa," ujarnya. 

Tak hanya itu, proklamator Indonesia itu pun tak juga anti Islam, apalagi melarang bacaan sholat dan azan pakai bahasa Arab dan mengubahnya pakai bahasa Indonesia. 

Baca Juga: Usulan Ataturk Jadi Nama Jalan di Jakarta Diprotes, Wagub DKI: Pemerintah Akan Cari Solusi

"Bung Karno menumbuhkan Nasionalisme dengan menumbuhkan demokrasi tapi bukan demokrasi sekuler liberal, karenanya Bung Karno tetap menghormati agama bahkan merestui diadakannya Kementrian Agama."  

"Bung Karno juga tidak menghapus kerajaan-kerajaan2 Islam di Indonesia, Bung Karno malah mendapatkan dukungan dari kerajaan-kerajaan Islam Mataram, Siak, Pontianak dll. Sedangkan Ataturk justru melakukan sebaliknya,” katanya.

Penulis : Fadel Prayoga Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Kompas TV


TERBARU