> >

UNESCO Lirik Rencana Pembangunan Simulasi Latihan Hidup Planet Mars di Pegunungan Menoreh

Sosial | 10 Januari 2022, 14:30 WIB
Venzha Christ (tengah), Erix Soekamti (kanan), dan Grayce Soba (kiri) berkolaborasi dalam pembangunan dan realisasi VMARS (v.u.f.o.c Mars Analog Research Station) (Sumber: Istimewa - Angga Lesmana)

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV- Rencana pembangunan simulasi pelatihan hidup di Mars atau analog Mars di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menarik perhatian badan dunia untuk pendidikan dan kebudayaan (UNESCO).

Simulasi analog Mars bernama v.u.f.o.c Mars Analog Research Station (VMARS) akan dipresentasikan ke sejumlah negara, seperti Korea (UNESCO Media Arts Creative City Platform), Taiwan, dan Prancis pada tahun ini.

Sebelumnya, rencana pembangunan VMARS juga pernah dipresentasikan di Jepang (Yokohama Trienalle) pada 2020 dan Thailand (Bangkok Art Biennale) pada 2021.

“Program ini akan terus diadakan di negara-negara lainnya untuk meningkatkan nilai dan jejaring dalam bidang space science (sains antariksa) dan space exploration (eksplorasi antariksa),” ujar Venzha Christ, pegiat space art sekaligus penggagas VMARS, Senin (10/1/2022).

Baca Juga: Karya Bersama NASA Jadi NFT Pertama Venzha Christ

Pembangunan simulasi Mars ini sebenarnya dijadwalkan pada  2021 sudah beroperasi. Namun pandemi Covid-19 yang belum reda membuat VMARS ditunda. Kendati demikian, hal itu tidak menyurutkan niat Venzha Christ untuk mewujudkan VMARS.

Ia berkolaborasi dengan kedua rekannya, Erix Soekamti dan Grayce Soba, mewujudkan VMARS tahap pertama atau prototype (purwarupa).  

VMARS akan dibangun di pegunungan Menoreh Kulon Progo dan melibatkan banyak pihak, mulai dari pemerintah daerah, akademisi, praktisi, dan komunitas.

Ada tiga hal yang menjadi fokus VMARS,  yakni, penelitian terraforming dengan nama V-TF, pengenalan space farming dengan nama V-SFM, dan menciptakan kreasi alternatif space food dengan nama V-SF.

“Rencananya, ada beberapa program lintas disiplin di dalam VMARS,” ujar Direktur Indonesia Space Science Society (ISSS) ini.

Program lintas disiplin, yang dimaksud, antara lain pada riset radio astronomi, mengenal radiasi benda langit, kreasi alternatif space food, inovasi teknologi space farming, serta penelitian extra-terrestrial life.

Logo VMARS (v.u.f.o.c Mars Analog Research Station) - prototype module version 01 (Sumber: istimewa - Dhoni Yudanto / HONF Foundation)

Menurut Venzha Christ, simulasi analog hidup di Planet Mars ini juga dimiliki beberapa negara. Setiap negara atau gabungan beberapa negara tersebut memiliki fokus dan tujuan yang berbeda-beda.

Ia mencontohkan, HI-SEAS di Mauna Loa - Hawaii oleh NASA, MDRS di Utah oleh Mars Society, MARS-500 di IBMP Moskow hasil kolaborasi antara Rusia, ESA, dan Cina, D-Mars di Ramon Crater oleh Israel, F-MARS di Pulau Devon, Kutub Utara oleh Mars Society, dan Concordia Station di Antartika, Kutub Selatan oleh Prancis, dan Italia (ESA).

“VMARS akan menjadi yang pertama di Asia tenggara dan merupakan satu-satunya program eksplorasi ruang angkasa yang pembangunan dan pengelolaannya dilakukan dan dijalankan secara bersama-sama oleh berbagai komunitas interdisipliner,” kata Venzha Christ.

Venzha Christ, Erix Soekamti, dan Grayce Soba juga sedang mengembangkan sebuah open platform bernama VOSTOX yang menjadi bagian dari VMARS, yakni sebuah kolaborasi terbuka di ranah sound dan musik eksperimental. Kegiatan ini akan menghasilkan pertunjukan alternatif dan eksploratif dalam medium yang beragam.

Venzha Christ adalah orang Indonesia pertama dan satu-satunya yang terpilih untuk mengikuti pelatihan hidup di Planet Mars.  

Pertama, melalui Mars Desert Research Station (MDRS) oleh Mars Society dan yang juga didanai oleh MUSK Foundation - Elon Musk dari SpaceX, di Amerika pada 2018.

Kedua, program Simulation of Human Isolation Research for Antarctica-based Space Engineering (SHIRASE) oleh Field Assistant di Jepang pada 2019.

Baca Juga: VMARS, Bukti Indonesia Ikut dalam Eksplorasi Mars

Melalui kedua program tersebut, Venzha Christ mendapat pengalaman dan pengetahuan tentang bagaimana membangun pusat pelatihan dan simulasi ini.

Erix Soekamti juga dikenal sebagai penggagas dan pendiri Does University, yaitu sebuah lembaga pendidikan alternatif untuk meningkatkan minat dan bakat, kolaboratif, dan gratis. Erix menyediakan berbagai sarana dan fasilitas untuk banyak anak-anak muda yang belajar disana.

Does University akan berkolaborasi untuk mendukung pembangunan VMARS dan akan terlibat langsung dalam berbagai programnya.

Grayce Soba adalah pemilik dan programmer Soba Studio, sebuah musik studio yang dengan berbagai program dan kegiatannya sangat aktif untuk membantu serta berkolaborasi dengan banyak musisi lintas disiplin.

VMARS (v.u.f.o.c Mars Analog Research Station) - prototype module version 01 (Sumber: istimewa - Dhoni Yudanto / HONF Foundation)

Melalui VMARS yang juga didukung oleh HONF Foundation ini, Venzha Christ, Erix Soekamti, dan Grayce Soba berharap Indonesia mampu dan berperan lebih aktif dalam eksplorasi luar angkasa.

Baca Juga: Pencarian Exoplanet dan Alien Bukan Hal Baru, Ini Kata ISSS

“Kami yakin bisa memproyeksikan keberadaan VMARS ini untuk mendorong industri antariksa nasional dan ekonomi kreatif bidang astronomi dan sains antariksa di Indonesia,” ucap Venzha Christ.

Penulis : Switzy Sabandar Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU