> >

Warga Kontra di Wadas: Tanaman Diambil, Hutan Dibabat, Masa Depan Kami Bagaimana

Berita utama | 11 Februari 2022, 10:16 WIB
Warga Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah saat membacakan sikap dan pernyataan atas tindakan teror dan intimidasi terkait rencana pertambangan batu andesit di wilayahnya. (Sumber: Tangkapan Layar KompasTV)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Warga kontra di Desa Wadas, Purworejo, Jawa Tengah, mengaku bingung jika tanaman dan hutan di Wadas dibabat akan menggantungkan hidup ke mana jika daerahnya menjadi area penambangan.

Bagi warga kontra di Desa Wadas mendapatkan uang ganti rugi tidak serta merta dapat menjamin kehidupannya di masa depan yang selama ini bergantung pada hasil alam di Wadas.

Pernyataan itu disampaikan oleh anggota Komisi III DPR dari Fraksi PPP Arsul Sani sebagaimana hasil dialog dengan warga Desa Wadas yang kontra dengan penambangan pada Kamis (10/2/2022).

“Kenapa mereka menolak? Karena Alam Desa Wadas itu menjadi tempat bagi mereka menggantungkan hidupnya, jadi kan ke pertanyaan besar mereka, Pak kalau tanamannya diambil dan hutan dibabat terus kami ini itu ya masa depannya bagaimana?,” ucap Arsul Sani meniru pernyataan warga Wadas yang kontra di Sapa Indonesia Pagi KOMPAS TV, Jumat (11/2/2022).

Baca Juga: PGI soal Konflik Lahan di Wadas: Kami Minta Pemerintah Kedepankan Pendekatan Kemanusiaan

“Meskipun diganti rugi, ini kata-kata mereka ya, kan ganti rugi itu berupa uang, uang itu akan habis Pak, nah setelah habis nanti anak-anak kami ini bagaimana?” kata Arsul Sani.

Arsul Sani menuturkan kehadirannya sebagai anggota Komisi III DPR di Desa Wadas dilakukan untuk menemui dua pihak.

Warga yang pro, kata Arsul, ketika ditanya jawabannya membuat justru tersenyum sementara pihak yang kontra hingga saat ini masih berbalut trauma.

“Jadi kami tidak hanya bertemu dengan yang kontra saja, tapi ketika kami ketemu dengan yang pro memang mereka berkumpul di masjid, sama dengan Pak Gubernur Ganjar Pranowo sampaikan, terkesan sudah disiapkan,” ujarnya.

“Nah warga yang kontra ini kami temui dengan cara kami datangi rumahnya, karena memang masih ada semacam trauma atas kejadian dilakukannya upaya paksa. Tapi alhamdulillah warga-warga yang kontra bisa kami dengarkan, mereka bebas juga (menyampaikan pernyataan),” ujarnya.

Baca Juga: Mengenal Batu Andesit, Harta Karun Desa Wadas yang Ditolak Warga untuk Ditambang

Arsul menambahkan, dari pertemuan diketahui rata-rata pihak kontra dengan adanya penambangan adalah penduduk asli setempat yang menggantungkan hidupnya dari alam di Desa Wadas.

“Ada yang kami jumpai setuju, tapi tidak tinggal di situ, jadi beda sama yang concern terhadap lingkungan, ini tentu menjadi tugas pemerintah terus-menerus mengepankan dialog, bukan kemudian membawa polisi,” ujar Arsul Sani.

Arsul berharap pemerintah mampu menjelaskan jika memang penambangan itu tetap dilakukan di Desa Wadas.

“Di situ harus ada jawaban, misalnya, setelah batunya kami ambil, lingkungannya akan kami tata seperti ini, tetap masih bisa bapak Ibu pergunakan sebagai sumber penghidupan,” ucapnya.

“Ini hal-hal yang memang memerlukan penataan ulang dalam komunikasi massanya dengan yang menentang terutama,” katanya.

Penulis : Ninuk Cucu Suwanti Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Kompas TV


TERBARU