> >

Kepala BMKG Jelaskan soal Potensi Gempa M 7,6 di Sesar Sumatera

Peristiwa | 26 Februari 2022, 11:32 WIB
ilustrasi gempa - Alat pencatatan radar gempa. (Sumber: HO/BMKG.go.id)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut segmen angkola sesar Sumatera mampu melepaskan energi dan membangkitkan gempa hingga kekuatan magnitudo (M) 7,6.

Bahkan, Dwikorita mengatakan dari kejadian gempa di Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat, berkekuatan magnitudo (M) 6,1 pada Jumat (25/2/2022) pagi itu belum sepenuhnya terlepas. 

Sebab, energi tertinggi yang dapat dilepaskan adalah gempa dengan kekuatan M 7,6.

Diketahui, gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat adanya aktivitas Sesar Sumatera. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa memiliki mekanisme pergerakan geser (strike-slip).

"Artinya kita memang masih sepatutnya untuk waspada dengan cara mitigasi yang tepat, terutama penataan bangunan tahan gempa bumi," kata Dwikorita.

Baca Juga: BMKG Sebut Gempa M 5,1 yang Guncang Enggano Bengkulu Pagi Ini Tak Terkait Gempa Pasaman Barat

Faktor Pemicu

Terkait potensi gempa berkekuatan 7,6 di Sesar Sumatera, kata Dwikorita, dipengaruhi oleh energi yang diakibatkan oleh pergerakan batuan atau lempeng tektonik yang terakumulasi selama bertahun-tahun.

"Yang dapat memicu potensi M 7,6 itu adalah energi akibat pergerakan batuan atau lempeng tektonik," jelas Dwikorita dalam Sapa Indonesia Akhir Pekan Kompas TV, Sabtu (26/2). 

Kata dia, apabila ada bagian yang akan bergerak tapi terhalang dan tidak bisa bergerak dengan lancar, maka akan menjadi tumpukan energi. 

"Yang mendorong ini akan terakumulasi. Tidak dapat keluar ke permukaan bumi. Ini akan terakumulasi selama bertahun-tahun hingga sampai kekuatan 7,6," tambah Dwikorita.

Baca Juga: Pasaman Barat Tetapkan Masa Tanggap Darurat Gempa hingga 10 Maret, Total Korban Meninggal 7 Orang

Kapan Terjadi?

Soal prediksi kapan terjadinya, Dwikorita tak bisa menjawab. Meski begitu, lanjut dia, dalam analisis BMKG ada namanya periode ulang. Itu membantu melihat potensi gempa yang akan terjadi.

Sementara itu Pakar Gempa Universitas Andalas (Unand) Padang Dr Badrul Mustafa mengemukakan, gempa yang mengguncang Kabupaten Pasaman Barat sebelumnya juga pernah terjadi di lokasi yang sama pada 1977 dengan kekuatan 5,5.

"Di lokasi ini pada 1977 juga pernah terjadi gempa yang bersumber dari segmen Sumpur atau Angkola," kata dia di Padang, Jumat.

Ia menjelaskan Sumatera Barat dilalui oleh patahan geser yang bernama Sesar Semangko.

Sesar ini terdiri atas empat segmen, yakni Segmen Sumpur yang merupakan lanjutan dari segmen Angkola dan Barumun, kemudian segmen Sianok, segmen Sumani dan segmen Suliti di Solok Selatan yang berhubungan dengan segmen Siulak di Kerinci.

Ia mengemukakan gempa di darat dengan kekuatan 5,5 sampai 6,5 sudah bisa menimbulkan kerugian cukup besar sebab, kedalamannya sangat dangkal dan dekat dengan permukiman.

"Saya bersama rekan-rekan geologi di Sumbar sering mengingatkan tentang potensi gempa di segmen ini, juga segmen Suliti di Solok Selatan," katanya.

Badrul mengemukakan periode ulang gempa darat di sepanjang sesar Semangko ini cukup pendek waktunya. Beda dengan periode ulang gempa akibat subduksi lempeng di megathrust Mentawai.

Karena itu, mitigasi harus terus diupayakan, tidak hanya menghadapi kemungkinan gempa dari megathrust Mentawai, tapi juga dari sesar Semangko, ujarnya.

Hal senada juga dikatakan Dwikorita, bahwa periode ulang gempa di Sesar Sumatera hanya berkisar 20 sampai 200-an tahun.

"Misalnya, yang pertama itu kan 1970, lalu terjadi lagi 1990. Selangnya tahun 1970 dan 1990 hanya sekitar 20 tahunan," terang Dwikorita.

Baca Juga: Panik Diguncang Gempa, Warga di RSUP M Djamil Padang Berhamburan Keluar

Penulis : Hedi Basri Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV


TERBARU