> >

Fakta Baru dari Keluarga Yosua

Aiman | 25 Juli 2022, 07:10 WIB
AIMAN berhasil mewawancarai keluarga Brigadir J atau Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat di kediamannya. Ada fakta terungkap dalam wawancara tersebut. (Sumber: Kompas TV)

Dua jam perjalanan dengan medan yang cukup berat dari Kota Jambi menuju ke Sungai Bahar di Kabupaten Muaro Jambi. Jaraknya hanya berkisar di bawah 100 kilometer, tetapi medan yang harus dilalui cukup menantang. Saya pun berhasil mewawancarai ayah sekaligus ibu Brigadir Yosua yang belum pernah diwawancarai sebelumnya.

Perjalanan saya dimulai dari Kota Jambi. Saya menyusuri Jalan Lintas Timur Sumatera (Jalintim), dari Kota Jambi menuju ke arah selatan Pulau Sumatera. Saya bersama dengan tim dari program AIMAN, sebuah acara di Kompas TV yang tayang setiap Senin pukul 20.30 WIB malam hari.

40 Kilometer dengan Jalan yang Mengocok Isi Perut

Setelah sekitar 40 Kilometer menyusuri Jalan Lintas Timur Sumatera yang mulus aspalnya, saya berbelok ke wilayah eks transmigrasi menuju ke arah Kecamatan Sungai Bahar di Kabupaten Muaro Jambi. Dari sinilah "perjuangan" dimulai.  

Sekitar 40-50 kilometer berikutnya, saya harus menyusuri jalan dengan medan sebagian tanah dan sebagian lagi aspal yang rusak dan berlubang. Betul-betul mobil dan isi perut terkocok maksimal. Terkadang hingga keringat dingin muncul, akibat rasa mual yang coba ditahan.

Beruntung kami semua sudah makan terlebih dahulu, bisa dibayangkan masuk ke wilayah jalan ini, dengan perut kosong.

Setelah menyusuri jalanan, melewati lembah, sungai, dan sumur eksplorasi pertamina, maka tibalah kami di sebuah kota kecil di tengah kampung eks transmigrasi yang bernama Kecamatan Sungai Bahar.

Wawancara di Rumah Guru SD

Di sini, kami melihat sebuah kompleks Sekolah Dasar. Di kompleks inilah, ada sebuah rumah yang ditinggali oleh seorang guru Sekolah Dasar, yang bernama Rosti Simanjuntak. Rosti sudah puluhan tahun jadi Guru SD 074 Sungai Bahar. 

Rosti pula adalah ibunda dari Brigadir Polisi Nofriansyah Yosua Hutabarat. Setelah saya bicara, dia bersedia untuk saya wawancara. Kala itu, tidak hanya Rosti, tapi seisi rumah mungil Guru SD di lingkungan sekolah ini, ada pula sejumlah Bibi Yosua, lengkap dengan adik dan kakaknya. Yosua adalah putra kedua.

Yosua memiliki satu kakak perempuan, dan dua adik, masing-masing perempuan dan laki-laki. Adik laki-laki bungsunya Reza Hutabarat, juga merupakan anggota polisi, yang baru saja dipindahkan untuk bertugas di Polda Jambi. 

Berkeliling di Rumah & Temukan Foto Brigadir Yosua

Saya melihat beberapa kali, Reza membantu bibi dan ibunya untuk berkoordinasi dengan keluarga. Sesekali Reza juga membantu menenangkan sang ibu yang masih terus dirundung kesedihan. 

Saya berkeliling di rumah keluarga Brigadir Yosua, melihat satu per satu foto mendiang Yosua. 

Ada satu foto yang membuat saya tersentak, saat dia memegang senapan otomatis laras panjang lengkap dengan rangkaian pelurunya menjulang panjang. Saya tanyakan ke ayahnya soal foto ini.

Sang ayah menceritakan kepada saya, bahwa Yosua adalah Lulusan Terbaik sekolah Brimob di Watukosek, Pasuruan, Jawa Timur. Dia juga penembak jitu yang beberapa kali ditempatkan di sejumlah daerah konflik untuk keperluan pengamanan.

Saya mencoba untuk merangkai keterangan sebelumnya yang sempat disampaikan polisi, bahwa Yosua menembak tujuh kali ke arah Bharada Eliezer tidak kena satu peluru pun. Sementara Tamtama tingkat paling awal yakni Bharada Eliezer, menembak hanya lima kali, dan mengenai semua ke tubuh Yosua.

Cerita soal Peti Mati Tak Boleh Dibuka

Ada pula cerita lengkap soal bagaimana sesungguhnya, peti mati Brigadir Yosua tidak boleh dibuka saat pertama kali tiba di rumah duka. Bagaimana sesungguhnya cerita ini, dan bagaimana pula bisa tersebar video yang menunjukkan pelarangan itu, padahal semua ponsel dilarang untuk digunakan kala itu?

Salah satu Bibi Yosua, Rohani Simanjuntak, mengatakan bahwa ada kerabatnya yang lain, yang diam-diam merekam situasi itu, dari bagian belakang tubuhnya, tepatnya sejajar dengan lutut. Akhirnya lengkaplah gambar tersebut dan langsung disebarkan ke seluruh keluarganya.

Apakah hal ini terkait dengan peretasan ponsel keluarga Yosua, yang ternyata dilakukan pada Senin, dua hari setelah peti mati diantarkan? Entah lah. Tapi itu fakta yang terjadi.

Yang jelas, ada satu fakta lagi yang saya temukan dan belum diinformasikan oleh media lain sebelumnya, selain soal berbagai dugaan luka sayatan di tubuh dan putusnya jari tangan Yosua. Yakni kondisi lutut kaki kanan Brigadir Yosua, yang tidak bisa diluruskan.

Sejumlah Bibi Brigadir Yosua menceritakan kepada saya lengkap soal ini. Bahkan beberapa kali coba dipaksakan agar lurus, "Tak payah (bisa) pula kami lakukan," ungkap salah satu bibi Yosua.

AIMAN berhasil mewawancarai keluarga Brigadir J atau Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat di kediamannya. Ada fakta terungkap dalam wawancara tersebut. (Sumber: Kompas TV)

Titah Presiden Jokowi!

Ada apa di baliknya?

Hanya autopsi independen dan transparan serta obyektif, yang akan bisa menjawab semua spekulasi ini.

Jangan sampai ada spekulasi liar yang berkembang. Prosesnya harus dilakukan secara independen dan pula transparan. 

"Tak boleh ada yang ditutup-tutupi dari peristiwa ini, demi kepercayaan publik pada institusi Polri," begitu pesan Presiden Jokowi, 21 Juli 2022, di NTT. 

Bagaimanapun Mata Keadilan lebih tajam dari Otak Manusia. Keadilan akan selalu mencari jalannya sendiri. 

Saya Aiman Witjaksono...

Salam!

Penulis : Redaksi Kompas TV Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU