Kisah Pelayan Konsumsi Jemaah Haji di Makkah: Jarang Diberitakan, Bagikan 7,2 Juta Boks Makanan
Agama | 26 Juli 2022, 20:56 WIBMAKKAH, KOMPAS.TV - Asep Rohadian, seorang pelayan konsumsi jemaah haji Indonesia di Makkah, mengisahkan bagaimana perjuangannya untuk menyiapkan kotak-kotak makanan bagi jemaah haji.
Asep mengisahkan, secara total ia bersama timnya sudah mendistribusikan 7.248.712 boks makanan kepada 93.605 anggota jemaah selama proses pelaksanaan haji 2022.
Asep lantas menceritakan pengamalannya saat menyiapkan makanan bagi jemaah haji Indonesia.
Pada Jumat 24 Juni 2022 pukul 00.15 dini hari, Asep menuturkan, petugas pengawas katering tengah bersiap menuju dapur penyedia konsumsi jemaah haji Indonesia di kawasan Jabal Nur, Makkah, Arab Saudi.
“Driver sudah siap di parkiran untuk mengantar kami ke beberapa dapur perusahaan katering yang menyiapkan makanan bagi jemaah haji. Sudah hampir dua minggu rutinitas ini berjalan,” cerita Asep seperti dilansir laman resmi Kementerian Agama, Selasa (26/7/2022).
Asep bercerita, ia bersama teman-temannya dan para pengawas katering Panitia Penyelenggaran Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi dari Daerah Kerja (Daker) Makkah bergantian melakukan inspeksi proses memasak makanan yang akan disajikan kepada jemaah haji di pagi hari.
“Aktivitas itu terus berulang di pagi hari, ba’da Subuh, secara bergantian, petugas mengawasi proses produksi makan siang yang akan disajikan untuk jemaah. Hal sama dilakukan untuk proses produksi makan malam yang dilakukan setelah Zuhur,” imbuhnya.
Baca Juga: Waduh! Sudah Dilarang, Seorang Jemaah Haji Indonesia Nekat Merokok di Masjid Nabawi
Persiapan Distribusi Makanan Haji
Asep mengisahkan, tentu tidak mudah menyiapkan 7.248.712 boks makanan yang kemudian harus diditribusikan kepada 93.605 anggota jemaah dan petugas haji.
Sejak awal, kata dia, berbagai persiapan dilakukan sedetail mungkin.
“Urusan makanan adalah isu yang sangat sensitif. Sedikit saja terjadi masalah, maka jemaah haji akan langsung bereaksi," kisahnya.
Misalnya, jika terjadi keterlambatan atau cita rasa yang dianggap kurang memenuhi selera jemaah.
Sebab, jemaah haji Indonesia berasal dari banyak daerah dengan berbagai macam kultur dan kebiasaan.
Ada jemaah haji yang menyukai rasa pedas, sebagian lagi memilih makanan agak manis, atau kelompok lain yang cenderung netral.
Baca Juga: Kisah Chef Asli Lombok yang Masak untuk Jemaah Haji Indonesia di Madinah
Pola Distribusi Kadang Tidak Mulus
Asep mengatakan, proses menyiapkan makanan jemaah haji tidak selamanya berjalan mulus. Meski persiapan sudah dilakukan dengan detail, ada saja kejadian yang di luar rencana.
Ia menyebutkan, keterlambatan distribusi misalnya. Beberapa anggota jemaah di sektor 1 hotel nomor 104 mengeluhkan keterlambatan distribusi makanan yang disediakan perusahaan katering.
“Jika sudah seperti itu, petugas pengawas katering sektor langsung menghubungi Kantor Daker Makkah agar menghubungi pihak dapur,” katanya.
Dengan sigap, petugas katering Daker menghubungi perusahan untuk menginformasikan mengenai makanan yang belum sampai di pemondokan.
“Sudah berangkat dari dapur, tadi ada trouble di saluran gas. Posisi makanan sedang di jalan,” begitu kalimat yang terdengar di ujung telepon seperti dikisahkan Asep.
Ia pun menyebut ada yang baru terkait kebijakan konsumsi jemaah haji tahun ini.
Jemaah untuk kali pertama mendapatkan makan tiga kali sehari, berbeda dengan musim haji sebelumnya yang hanya dua kali.
Penambahan layanan ini mengubah pola pengambilan makan oleh jemaah haji secara umum, meski sudah ada jadwal distribusi yang ditentukan yaitu: jam 06.00-09.00 untuk makan pagi, jam 12.00-15.00 untuk makan siang, dan jam 18.00-21.00 untuk makan malam.
Perubahan pola pengambilan makan itu terkait dengan waktu salat di kota Makkah.
Waktu subuh untuk periode bulan Juni-Juli 2022, sekitar jam 4.20 pagi.
Jemaah haji yang melaksanakan salat subuh di musala hotel, biasanya akan langsung menuju ke lantai tempat distribusi makanan setelah ibadah. Padahal, jam distribusi masih lama, tepatnya mulai jam 06.00.
Sementara jemaah haji sudah turun dari jam 05.00, tutur Asep.
Akibatnya, ketika makanan baru tiba jam 06.00 atau bahkan jam 07.00, jemaah menganggap itu sebagai keterlambatan.
Begitu pun dengan makan siang dan makan malam, jemaah biasanya datang ke tempat pembagian sebelum jam distribusi.
Imbasnya, dapur harus melakukan proses memasak lebih awal mengikuti keinginan jemaah.
Itulah, cerita Asep, sosok yang mungkin jarang diberitakan dalam pelaksanaan ibadah haji meski perannya begitu penting sebagai penyedia makanan bagi jemaah haji.
Penulis : Dedik Priyanto Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Kompas TV/Kemenag