> >

Studi Sebut Pandemi Covid-19 Picu Mimpi Buruk, Diduga Berhubungan dengan Hormon Stres

Kesehatan | 29 Juli 2022, 14:56 WIB
Ilustrasi - Pandemi ubah pengalaman bermimpi dan kesehatan mental. (Sumber: PEXELS/ANDREA PIACQUADIO)

JAKARTA, KOMPAS.TV – Pandemi Covid-19 rupanya tidak hanya berdampak pada kehidupan nyata. Menurut sebuah penelitian, pandemi juga telah mengubah pengalaman bermimpi 45 persen partisipan dalam studi tersebut.

Banyak partisipan studi yang mengaku mengalami lebih banyak mimpi dan mimpi buruk daripada biasanya pada tahap awal pandemi Covid-19.

Hal tersebut merupakan hasil studi terbaru dari Turner Institute for Brain and Mental Health, Monash University, Australia, yang dipublikasikan di Journal of Sleep Research.  

Peneliti utama sekaligus dosen dan psikolog di Turner Institute Dr. Melinda Jackson menerangkan, mimpi-mimpi itu dijelaskan dalam definisi tinggi atau lebih hidup dan berwarna dari biasanya. Ditambah dengan peningkatan kejernihan visual, tetapi sering kali memiliki perubahan yang aneh.

Dr. Jackson menyebut hal itu sebagai ‘mimpi pandemi’ yang mempunyai valensi atau suasana yang lebih negatif, dilihat dari peserta melaporkan lebih banyak mimpi buruk, memimpikan skenario menakutkan atau mengancam, seperti perang dan bencana.

"Ada 'tema bertahan hidup' yang nyata untuk mimpi pandemi," kata Hailey Meaklim, psikolog dan kandidat PhD yang memimpin studi dengan Dr. Jackson, dalam keterangan pers, Jumat (29/7/2022), seperti dikutip dari Antara.

Korelasi Kurang Tidur dan Mimpi

Tidak semua orang yang disurvei mengalami tingkat perubahan mimpi yang sama. Para peneliti menemukan orang yang mengalami kesulitan tidur, dengan insomnia, lebih mungkin melaporkan perubahan mimpi daripada individu yang terus tidur nyenyak selama pandemi.

Secara khusus, orang yang mengalami insomnia selama pandemi memiliki proporsi perubahan mimpi tertinggi (55 persen), dibandingkan dengan mereka yang memiliki insomnia sebelumnya (45 persen), atau mereka yang tidur dengan baik (36 persen).

Baca Juga: Jika Sering Merasa Gelisah dan Mimpi Buruk, Baca 3 Surah Ini Sebelum Tidur!

Para peneliti menggunakan analisis Linguistic Inquiry Word Count untuk membandingkan bahasa yang digunakan oleh partisipan untuk menggambarkan mimpi mereka.

Peserta dengan insomnia menggunakan lebih banyak kata negatif secara signifikan untuk menggambarkan perubahan mimpi mereka daripada orang-orang yang tidur nyenyak.

"Secara keseluruhan, penderita insomnia, ketika akhirnya tertidur, memiliki mimpi yang lebih negatif dan menakutkan daripada orang yang tidur nyenyak," jelas Meaklim.

Lalu, mengapa pandemi menyebabkan perubahan dalam aktivitas mimpi?

Dr. Jackson menuturkan, pada saat stres, ternyata normal untuk mengalami peningkatan aktivitas mimpi. Peningkatan dalam mimpi yang jelas dan mimpi buruk telah diamati setelah perang, bencana alam, dan serangan teroris seperti 9/11.

Teori ‘mimpi simulasi ancaman’ menyatakan bahwa selama peristiwa yang membuat stres, mimpi kita mengandung konten dan citra yang mengancam, untuk mempersiapkan kita menghadapi situasi yang mengancam kehidupan nyata.

Peningkatan hormon stres di otak mungkin memainkan peran kunci dalam perubahan aktivitas mimpi ini.

"Otak kita sebenarnya sangat aktif selama tidur gerakan mata cepat, tahap tidur di mana kita mengalami mimpi yang lebih aneh dan jelas."

"Daerah visuospasial otak kita menjadi super aktif, bersama dengan pusat emosi dan memori kita. Ini semua dapat meningkat pada saat stres, dan kita mendapatkan mimpi dan mimpi buruk yang meningkat," terang Meaklim.

Bagi kebanyakan orang, gejala insomnia dan mimpi buruk akan mereda setelah stres dan kecemasan awal pandemi hilang. Tapi, jika orang masih kesulitan tidur, klinik dan bantuan kesehatan lainnya bisa membantu.

"Ada pengobatan berbasis bukti yang baik untuk insomnia dan mimpi buruk, jadi kami mendorong orang untuk mencari bantuan jika mereka masih kesulitan tidur," kata Dr. Jackson.

Penulis : Fransisca Natalia Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Antara


TERBARU