> >

Bagaimana Identifikasi Korban Mutilasi yang Sulit Dikenali?

Kesehatan | 8 September 2022, 15:51 WIB
Ilustrasi kejahatan mutilasi. (Sumber: Pixabay)

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Kasus pembunuhan sadis yang dilakukan dengan mutilasi di Mimika, Papua mulai terungkap.

Direskrimum Polda Papua Kombes Faizal Ramadhani menjelaskan kasus ini bermula dari empat warga yang dilaporkan hilang dan ditemukan dalam keadaan tak bernyawa di sungai Kampung Pigapu, Distrik Iwaka, Kabupaten Mimika, Papua.

Seperti dikutip Antara, Kamis (1/9/2022) Faizal menuturkan tim SAR gabungan menemukan tubuh keempat korban dalam pencarian di sungai tersebut. Namun, bagian kepala dan kaki para korban masih belum ditemukan.

Penulusuran tim investigasi Komnas HAM menduga modus jual beli senjata kepada korban menjadi motif pembunuhan yang dilakukan sejumlah prajurit TNI dan warga sipil. Untuk diketahui kasus jual beli senjata dari aparat kepada kelompok kriminal bersenjata diketahui kerap terjadi.

Baca Juga: Perintah KSAD Jenderal Dudung terhadap Anggota TNI AD Terlibat Mutilasi di Mimika: Pecat Segera!

"Sekarang kita masih coba mengusut, ini kelompok yang mau membeli ini siapa," ujar Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan dalam Kompas Petang, KOMPAS TV, Sabtu (3/9).

Petugas berhasil mengidentifikasi warga sipil yang menjadi korban pembunuhan sadis itu adalah Arnold Lokbere, Irian Nirigi, Leman Nirigi. Namun satu orang korban masih belum bisa diketahui identitasnya.

Lantas bagaimana pihak terkait dapat melakukan identifikasi korban pembunuhan mutilasi yang sulit untuk dikenali karena bagian tubuh tak utuh?

Dalam jurnal berjudul Establishing Identity and Cause of Death in Mutilated and Un Identifiable Corpses: A Challenging Task for Medico Legal Expert (2015) menjelaskan identifikasi bisa dilakukan berdasarkan pada sidik jari atau tanda lahir yang diketahui.

Baca Juga: Update Terbaru Kasus 4 Warga yang Dimutilasi di Timika, Komnas HAM Perwakilan Papua Bentuk Tim

"Beberapa kesan atau gestur yang berhubungan dengan gerak tubuh, ciri-ciri pada gigi, mata, rambut, atau, suara," lanjut jurnal tersebut terkait identifikasi pada orang hidup.

Namun, identifikasi akan susah jika korban mengalami kematian akibat kecelakaan pesawat, ledakan, kebakaran, hingga mutilasi. Untuk mengidentifikasi jenazah, badan investigasi akan memulai dengan pertanyaan seperti ini.

  1. Apa jenis kelamin dari sisa-sisa manusia?
  2. Berapa umur jenazah?
  3. Apa penyebab kematiannya?
  4. Kemungkinan untuk membangun identitas spesifik individu.

"Untuk menjawab pemeriksaan otopsi lengkap ini termasuk pemeriksaan gigi dan analisis DNA harus dilakukan," lanjut jurnal yang ditulis tiga orang dokter dari departemen forensik di India.

Identifikasi akan dilakukan berdasarkan analisis DNA yang diketahui memiliki fungsi pembawa informasi genetik bagi makhluk hidup. 

"DNA adalah metode utama yang digunakan untuk identifikasi. Terbukti lebih membantu untuk menentukan identitas korban," tulis jurnal tersebut.

Selain menggunakan DNA, para peneliti juga menggunakan gigi sebagai pijakan dalam melakukan identifikasi terhadap korban. 

"Gigi merupakan sumber bahan DNA yang sangat baik. Odontolog forensik mengandalkan morfologi resotrasi gigi untu mengidentifikasi korban," tulis para peneliti.

Baca Juga: DPR Bahas Kasus Mutilasi di Papua bersama Panglima TNI, Komisi I: Ini Tragedi Kemanusiaan

Identifikasi akan memanfaatkan identitas gigi seperti mahkota gigi, penggantian gigi menjadi perak, gigi tiruan, hingga kekhasan gigi korban.

Meski demikian, peneliti mendapati kesulitan dalam melakukan ekstrak DNA dari korban pada kondisi tertentu. Kondisi itu jika korban ditemukan dalam air, dibakar, atau dikubur dalam waktu yang lama.

"Hal ini disebabkan oleh penurunan kualitas dan kuantitas DNA dalam sampel tulang," lanjut para peneliti.

Penulis : Danang Suryo Editor : Purwanto

Sumber : Kompas TV


TERBARU