> >

Survei CSIS 43,9 Persen Anak Muda Belum Bebas Kritik Pemerintah, Stafsus Mensesneg: Tidak Relevan

Politik | 29 September 2022, 17:48 WIB
Staf Khusus Menteri Sekretaris Negara Faldo Maldini di Kawasan Jakarta Selatan, Selasa (22/3/2022) (Sumber: Kompas.tv/Hasya Nindita)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Survei Centre for Strategic and International Studies (CSIS) menunjukkan, ada 43,9 persen pemilih muda berusia 17-39 tahun yang merasa tidak bebas menyampaikan kritik kepada pemerintah.

Staf Khusus Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Faldo Maldini menilai di era keterbukaan saat ini membatasi berpendapat sudah tidak relevan.

Menurutnya masalah utama anak muda tidak bebas menyampaikan kritik yakni belum menggunakan instrumen yang ada dalam menyampaikan pikirannya.

Baca Juga: Survei CSIS: 43,9 Persen Anak Muda Mengaku Belum Bebas Menyampaikan Kritik ke Pemerintah

Di sisi lain pembatasan di antara masyarkat, saling serang satu sama lain, atau sekarang disebut cancel culture juga jadi isu penting dalam kebebasan berpendapat.

"Masalah negara membatasi tidak relevan. Kalau ada yang salah, sekarang alarm bunyi dimana-mana. Tidak begitu relevan lagi dalam konteks hari ini," ujar Faldo dalam pesan tertulisnya, Kamis (29/9/2022).

Faldo menambahkan keterlibatan anak muda dalam organisasi juga menjadi isu penting. Kritik yang disampaikan nantinya bisa menjadi agenda bersama di organisasi sampai ke akar rumput.

Namun mendorong anak muda untuk menyampaikan pendapat dengan instrumen yang ada bukan hanya tugas pemerintah, tapi semua elemen termasuk civil society dan partai politik.

Baca Juga: Survei CSIS: 70 Persen Responden Ahli Skeptis soal Pembangunan IKN

"Saya kira ini jadi tugas kita semua," ujarnya.

Sebelumnya Survei CSIS menunjukkan, ada 43,9 persen pemilih muda berusia 17-39 tahun yang merasa tidak bebas menyampaikan kritik kepada pemerintah. 

Berdasarkan survei ini, ada 54,3 persen responden yang merasa bebas mengkritik pemerintah, sedangkan 1,8 persen lainnya menjawab tidak tahu atau tidak menjawab. 

Baca Juga: Mahfud MD Sebut Demokrasi Indonesia Tak Sehat karena Banyak Kepala Daerah Terpilih Berkat Cukong

Kepala Departemen Politik dan Perubahan Sosial CSIS Arya Fernandes, menilai angka tersebut merupakan salah satu faktor yang memengaruhi kepuasan publik pada praktik demokrasi di Indonesia.

Arya menyebutkan, beberapa indikator kebebasan sipil lainnya tergolong cukup baik di mana responden yang merasa bebas menyampaikan pendapat di muka umum ada sebanyak 71,1 persen. 

Kemudian kebebasan pers (71,1 persen), bebas berekspresi di ruang publik (73,7 persen), bebas berserikat, berkumpul, dan berorganisasi (82 persen), serta kebebasan akademik (82,7 persen).

"Jadi menurut asumsi kami, salah satu faktor yang mempengaruhi tidak optimalnya kepuasan publik terhadap praktik demokrasi adalah belum terbukanya, belum tingginya anak muda yang merasa bebas dalam menyampaikan kritik terhadap pemerintahan," ujar Arya, Senin (26/9/2022).

Baca Juga: Tanggapi Pidato AHY di Rapimnas, Faldo Maldini: Kalau yang Dicari Hanya Tepuk Tangan, SIlakan Saja

Survei yang dilakukan pada 8-13 Agustus 2022 lalu ini menyasar pemilih muda berusia 17-39 tahun sebagai responden.

Survei diikuti oleh 1.200 responden yang tersebar di 34 provinsi. Setelah proses kendali mutu, ada 1.192 data yang valid dari total jumlah responden.

 

Penulis : Johannes Mangihot Editor : Purwanto

Sumber : Kompas TV


TERBARU