> >

New York Times Tuding Polisi Kurang Terlatih Kendalikan Massa di Kanjuruhan, Polri Beber 3 Hal

Peristiwa | 6 Oktober 2022, 06:10 WIB
Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo. (Sumber: Kompas TV)

Media asing tersebut juga mengulas pendapat para ahli, salah satunya terkait impunitas Polri, termasuk disebut tidak pernah dimintai pertanggungjawabannya setiap kali ada kejadian.

Dedi menegaskan bahwa pertanggungjawaban secara personal terus dilakukan kepada anggota yang kedapatan melakukan pelanggaran baik secara pidana maupun Komisi Kode Etik Polri (KKEP).

“Setiap kesalahan yang dilakukan oleh personel sesuai pertanggungjawaban personal akan ditindak sesuai peraturan yang berlaku baik pidana dan KKEP,” kata Dedi.

Baca Juga: Tinjau Stadion Kanjuruhan, Jokowi: Saya Perintahkan untuk Audit Seluruh Stadion!

Salah satu media bergengsi dunia, The New York Times, membuat laporan khusus terkait kericuhan di Stadion Kanjuruhan usai laga Arema FC vs Persebaya. New York Times menyorot peran personel Polri yang menembakkan gas air mata sehingga menimbulkan kekacauan.

Dalam laporan berjudul Deadly Soccer Clash in Indonesia Puts Police Tactics, and Impunity, in Spotlight itu disebutkan pula bagaimana polisi Indonesia kerap melampaui batas dalam menghadapi kerusuhan dan seakan kebal hukum.

Ironisnya, semua itu terjadi ketika anggaran Polri terus naik.

“Selama bertahun-tahun, puluhan ribu orang Indonesia telah menghadapi kekuatan polisi yang korup menurut banyak orang, menggunakan kekuatan brutal untuk menghalau massa, dan tidak akuntabel kepada siapa pun,” demikian tulis New York Times, Senin (3/10/2022).

Menurut para ahli, Tragedi Kanjuruhan menunjukkan masalah sistematis yang menjangkiti kepolisian Indonesia. Banyak personel yang kurang terlatih dalam kontrol kerumunan kendati “sangat termiliterisasi.”

“Bagi saya, ini benar-benar fungsi kegagalan reformasi polisi di Indonesia,” kata Jacqui Baker, pakar ekonomi politik Universitas Murdoch Australia yang meneliti kepolisian di Indonesia.

Baker menambahkan, selama lebih dari dua dekade, aktivis dan ombudsman telah menyelidiki berbagai tindakan polisi yang bermasalah. Namun, walaupun diteruskan ke pimpinan polisi, laporan mereka kerap berdampak kecil atau tidak berdampak sama sekali.

“Kenapa kita terus menghadapi impunitas (keadaan kebal hukum)? Karena tidak ada kepentingan politis untuk benar-benar membuat suatu pasukan polisi yang profesional,” tegas Baker.

Penulis : Kurniawan Eka Mulyana Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Antara


TERBARU