> >

Luhut Ungkap Tim "Pawang Hujan" yang Bikin Gala Dinner KTT G20 Sukses: Harus Ada Lembaga Khusus

Politik | 26 November 2022, 05:45 WIB
Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan. (Sumber: Instagram @luhut.pandjaitan )

JAKARTA, KOMPAS.TV - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengungkap tim pawang hujan yang bekerja mencegah hujan saat jamuan makan malam atau gala dinner di Garuda Wisnu Kencana (GWK) pada Selasa (15/11/2022) lalu.

Tim pawang hujan ini bukan bekerja dengan cara ritual, melainkan berbasis sains dan teknologi. Sosok yang berpengaruh adalah Dr Tri Handoko Seto, pakar teknologi modifikasi cuaca (TMC).

Selain Tri Handoko, tim khusus ini juga diisi para ahli di bidang cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), dan TNI AU.

Luhut menyatakan, banyak tugas besar tim khusus pawang hujan ini. Semisal, memastikan agar tanggal 15 November malam tidak ada hujan di Taman Wisata Budaya GWK.

Baca Juga: Tidak Pakai Pawang Hujan saat KTT G20, Jokowi: Kita Ilmiah Sekali, Kita Pakai Modifikasi Cuaca

Kemudian, mengondisikan cuaca agar tidak turun hujan ketika para kepala negara anggota G20 berjalan ke arah Bamboo Dome, yang terletak di ruang terbuka area The Apurva Kempinski.

"Seperti yang kita saksikan bersama, cuaca cerah ketika gala dinner KTT G20 menjadi buah manis dari kerja keras Tim TMC yang dipimpin Dr Seto," tulis Luhut dalam unggahan di Instagram pribadinya, Jumat (25/11/2022).

Luhut menambahkan, sejak awal memang ada tim yang dibentuk untuk merekayasa cuaca. Hal ini dilakukan agar tiap agenda KTT G20 berjalan lancar dan tidak terkendala hujan, khususnya yang berada di ruang terbuka. 

Sebelum jamuan makan malam di GWK, tim bekerja untuk memodifikasi cuaca. Ada empat pesawat dari TNI AU yang ditugaskan menabur garam.

Baca Juga: Gala Dinner KTT G20 Pakai Modifikasi Cuaca untuk Cegah Hujan, Jokowi: Ada Awan Langsung Disergap Tim

Dengan data yang diberikan BMKG, pesawat TNI AU ini bergerak ke titik yang berpotensi hujan, selanjutnya menabur garam untuk modifikasi cuaca. 

Menurut Luhut, butuh kecermatan dan perhitungan matang dalam mengetahui ketebalan awan dan berapa jumlah garam yang harus ditabur agar hujan tidak menyebar.

"Ada 11 penerbangan yang membawa 29 ton garam untuk melakukan teknik modifikasi cuaca," ujar Luhut. 

Lembaga Khusus

Lebih lanjut, Luhut menilai, berkaca dari KTT G20, sudah selayaknya ada lembaga khusus yang menaungi teknik modifikasi cuaca. 

Baca Juga: Modifikasi Cuaca Berhasil, Hujan Turun di 3 Provinsi

Terlebih, TMC ini bukan sebatas mencegah turun hujan saat acara kenegaraan, atau kegiatan internasional di dalam negeri. 

TMC, sambung Luhut, bisa dimanfaatkan dalam menanggulangi hujan buatan, mengairi waduk sebelum musim kemarau tiba, mengantisipasi kekeringan, hingga irigasi pertanian.

"Sains dan teknologi sebesar ini perlu memiliki lembaga khusus yang menaungi teknik modifikasi cuaca. Sebagai manusia, tugas kita hanya bekerja, hasilnya bukan kuasa kita. Semoga ke depan Indonesia bisa semakin menguasai teknologi ini," ujar Luhut.

 

Penulis : Johannes Mangihot Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV


TERBARU