> >

BMKG Ungkap Zona Patahan Aktif usai Gempa Cianjur, Jadi Dasar Relokasi dan Rekonstruksi Rumah Warga

Peristiwa | 8 Desember 2022, 18:10 WIB
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan hasil analisa zona patahan aktif usai gempa bumi magnitudo 5,6 di Cianjur, Kamis (8/12/2022). (Sumber: YouTube/Info BMKG)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengungkapkan hasil analisis zona patahan aktif usai gempa magnitudo 5,6 di Cianjur.

Zona patahan aktif tersebut diidentifikasi untuk menentukan wilayah rekonstruksi. Nantinya, wilayah yang termasuk dalam zona patahan aktif harus dikosongkan.

“Kenapa zona patahan ini penting? Karena untuk rekonstruksi atau pembangunan kembali, zona patahan itu harus dikosongkan. Jadi kalau membangun kembali, belum tahu patahannya ada di mana, dikhawatirkan zona yang patah atau bergeser, akan dibangun lagi, dan kurang lebih 20 tahun kemudian akan runtuh lagi,” ungkap Dwikorita dalam konferensi pers, Kamis (8/12/2022).

Baca Juga: BMKG Pastikan Gempa Sukabumi M 5,8 Tak Berpotensi Tsunami, Ini Daftar Wilayah yang Terasa Getarannya

Penetapan zona patahan ini merupakan proses yang sangat vital sebelum pihak pemerintah melakukan pembangunan kembali rumah-rumah warga yang rusak berat akibat gempa.

Saat ini, terdapat 295 zona patahan aktif yang ada di Indonesia. Zona patahan aktif di Cianjur, khususnya di wilayah Cugenang, merupakan zona yang baru muncul usai gempa pada 21 November 2022 lalu.

“Patahannya merupakan patahan aktif yang baru teridentifikasi. Jadi, di Indonesia ini sudah teridentifikasi 295 patahan aktif, namun patahan Cugenang ini belum termasuk yang teridentifikasi,” jelasnya.

Dalam menentukan zona patahan tersebut, Dwikorita menjelaskan sejumlah hal yang menjadi dasar pertimbangan ilmiah.

Baca Juga: Ini Penyebab Gempa Jember Menurut BMKG, Jenisnya Patut Diwaspadai

Dasar yang pertama adalah focal mechanism atau mekanisme sumber gempa bumi dan sebaran gempa-gempa susulan yang direkam oleh sensor BMKG. Dwikorita mengatakan bahwa hingga saat ini, lebih dari 400 gempa susulan terjadi usai gempa utama dengan magnitudo 5,6.

Berdasarkan perhitungan focal mechanism yang dilakukan, diketahui patahan aktif tersebut mengarah ke barat laut.

Dwikorita menampilkan gambar hasil analisa BMKG yang berisi gambaran jalur patahan aktif yang membentang dari Desa Nagrak ke Desa Ciherang.

Patahan tersebut melintasi sejumlah desa, di antaranya Desa Cibulakan, Desa Benjot, Desa Sarampad, Desa Mangunkerta, Desa Nyalindung, Desa Cibeureum, dan Desa Ciputri.

“Artinya, sepanjang garis putus-putus ini, nantinya harus kosong dari hunian, tidak boleh dibangun lagi. Karena kalau terjadi gempa susulan, 20 tahun lagi, bangunan di situ akan terdeformasi lagi, dan mengalami getaran yang kuat,” terang Dwikorita.

Baca Juga: Ini Penyebab Gempa Jember Menurut BMKG, Jenisnya Patut Diwaspadai

“Dari garis patahan tersebut, diambil 300-500 meter ke kanan dan ke kiri sebagai zona patahan aktif. Jadi, yang akan direlokasi adalah di sepanjang zona tersebut.,” sambungnya.

Selain focal mechanism, pelamparan kemenerusan retakan permukaan tanah juga menjadi dasar pertimbangan dalam menetapkan zona patahan tersebut. Artinya, BMKG melakukan analisa terhadap arah kerusakan bangunan.

Dasar pertimbangan yang lain adalah sebaran kerusakan bangunan dan titik longsor karena gempa. Setelah dianalisis, titik longsor besar yang terjadi akibat gempa ternyata menyambung pada jalur patahan aktif.

“Titik-titik longsor itu setelah kami kumpulkan ternyata menyambung. Ada beberapa longsor besar, ada di ujung selatan, ada di tengah, dan di utara,” papar dia.

Baca Juga: Jokowi Naikkan Bantuan Bangun Rumah bagi Korban Terdampak Gempa Cianjur Jadi Rp60 Juta

Hasil analisis zona patahan aktif di Cugenang, Cianjur tersebut sudah dikirimkan kepada sejumlah pihak yang berwenang untuk menjadi bahan pertimbangan relokasi rumah warga.

 

 

Penulis : Fiqih Rahmawati Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV


TERBARU