> >

Jenis-Jenis Pakaian Adat Jawa dalam Resepsi Pernikahan Kaesang dan Erina di Solo, Ini Maknanya

Peristiwa | 11 Desember 2022, 20:38 WIB
Putra bungsu Presiden Joko Widodo, Kaesang Pangarep, dan Erina Gudono menggelar acara resepsi pernikahan sesi malam di Pura Mangkunegaran, Surakarta, Jawa Tengah, Minggu (11/12/2022) malam. (Sumber: Tangkapan layar tayangan KOMPAS TV)

 

SOLO, KOMPAS.TV - Acara resepsi pernikahan Kaesang Pangarep dan Erina Gudono sesi malam berlangsung di Pura Mangkunegaran, Surakarta, Jawa Tengah, Minggu (11/12/2022). Pasangan pengantin baru itu tampak mengenakan pakaian adat Jawa yang berbeda dengan yang mereka kenakan pada sesi siang.

 

Dalam resepsi sesi malam yang dimulai pukul 19.10 WIB ini, kedua mempelai pengantin mengenakan pakaian Jawa keprabon.

Menurut budayawan Universitas Sebelas Maret Solo, Tundjung W Sutirto, ada perbedaan pakaian pengantin pada resepsi pernikahan Kaesang dan Erina pada siang dan malam hari.

“Kalau tadi siang pakai kesatrian, malam ini lebih agung lagi dengan keprabon dilihat dari tutup kepalanya, dan pada waktu kirab pakai basahan,” ujar Tundjung.

Baca Juga: Presiden Jokowi dan Ibu Iriana Tiba di Pura Mangkunegaran Jelang Resepsi Sesi Kedua Kaesang Erina

Kaesang Pangarep dan Erina Gudono saat berada di atas pelaminan dalam acara tasyakuran pernikahan di Pura Mangkunegaran, Solo, Jawa Tengah, Minggu (11/12/2022). Tampak juga keponakan Kaesang dan cucu Presiden Joko Widodo, Jan Ethes dan Sedah Mirah. (Sumber: Tangkapan layar Kompas TV)

 

Ia menilai perbedaan jenis pakaian Jawa yang dikenakan Kaesang dan Erina selaras dengan pemikiran ayah mempelai pria, Presiden Joko Widodo (Jokowi), untuk merawat budaya yang merupakan turunan dari budaya Mataram.

 

“Jadi semua merasa ikut memiliki, sehingga representasi dan apresiasi muncul dalam pernikahan agung,” ucapnya.

Terkait larangan penggunaan batik motif parang bagi tamu undangan yang datang ke Pura Mangkunegaran, Tundjung meminta agar tidak dilihat dari sisi hukum positif.

Artinya, larangan penggunaan batik parang ini adalah persoalan etika pergaulan di Jawa yang ukurannya adalah kepantasan.

Oleh karena itu, pengertian dilarang itu dalam rangka melestarikan nilai yang terkandung di dalamnya, karena parang dinilai motif tertua di Indonesia yang muncul sejak abad 1600.

“Ada olah rasa dan pikir Panembahan Senopati sehingga diharapkan menjadi interaksionisme simbolik yang dimunculkan dalam motif-motif, parang identik dengan raja sehingga yang memakai itu raja atau keluarga raja,” kata Tundjung.

Baca Juga: Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo Doakan Rumah Tangga Kaesang dan Erina Penuh Berkah

 

Penulis : Switzy Sabandar Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV


TERBARU