> >

Gaduh Polemik Badai Dahsyat di Jabodetabek, Kepala BRIN: Itu Pendapat Personal Periset

Peristiwa | 30 Desember 2022, 05:45 WIB
Ilustrasi badai hujan petir. Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) merespons polemik istilah 'badai dahsyat' yang dilontarkan salah seorang periset BRIN. (Sumber: Pixabay)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko menyebut ramalan badai dahsyat pada 28 Desember 2022 lalu bukan berasal dari lembaganya.

"Kemarin adalah pendapat personal periset BRIN, bukan dari BRIN," tegas Handoko, Kamis (29/12/2022), dikutip Antara.

Dia mengatakan, akademisi punya kebebasan akademis dan otoritas keilmuan sesuai bidangnya di dalam komunitas ilmiah.

Akan tetapi, Handoko menyebut, "Dalam memberikan otoritas atas informasi sains di ruang publik, otoritas tersebut tidak berlaku. Ruang publik memiliki dampak dan konsekuensi hukum yang luas."

Baca Juga: BMKG Tepis Kabar Badai Dahsyat 28 Desember, Warga Diminta Tetap Waspada

Handoko menjelaskan, selama ini BRIN ikut memasok data dan informasi, termasuk untuk kebakaran hutan, cuaca, iklim, kebencanaan, kesehatan, nuklir dan lain sebagainya.

Lembaga yang ia pimpin juga punya banyak periset mumpuni hampir di semua bidang keilmuan, tetapi bukan berarti memiliki otoritas pada semua bidang keilmuan tersebut.

"Otoritas informasi sains di ruang publik yang dimiliki BRIN hanya informasi benda jatuh dari angkasa sesuai UU 21/ 2013 tentang Keantariksaan," ujar Handoko.

Baca Juga: DPR akan Panggil BMKG dan BRIN terkait Perbedaan Prakiraan Badai di Jabodetabek

Sebelumnya diwartakan, pakar klimatologi di Pusat Iklim dan Atmosfer BRIN, Erma Yulihastin, memprediksi akan terjadi badai dahsyat pada Rabu 28 Desember 2022.

Prediksi cuaca tersebut ramai diperbincangkan masyarakat, terutama setelah Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan bahwa prediksi itu tidak tepat.

"Istilah badai kan pusaran angin. Nanti kita lihat, kususnya di Jabodetabek, di 28 Desember 2022 belum ada merahnya," kata Kepala BMKG Dwikorita dalam program Breaking News Kompas TV, Selasa (27/12).

Dwikorita menjelaskan, istilah hujan lebat lebih tepat digunakan ketimbang badai dahsyat.

"Jadi ada serangan badai, barangkali perlu diluruskan. Ini hujan lebat ya," tegas dia.

 

Penulis : Rofi Ali Majid Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Antara


TERBARU