> >

Saat Presiden Jokowi Curhat Sempat Semedi 3 Hari untuk Penanganan Pandemi Covid-19 di Indonesia

Update corona | 26 Januari 2023, 12:34 WIB
Presiden Joko Widodo atau Jokowi memberikan sambutan dalam Rakornas Transisi Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional 2023 yang disiarkan di kanal Youtube Sekretariat Presiden, Kamis (26/1/2023). (Sumber: Tangkapan layar Youtube Sekretariat Presiden)

JAKARTA, KOMPAS.TV – Presiden Joko Widodo atau Jokowi memaparkan sejumlah capaian dalam menangani pandemik Covid-19.

Jokowi pun curhat sempat kesulitan dalam mengambil keputusan untuk tidak me-lockdown Indonesia saat puncak pademi Covid-19 waktu lalu, termasuk melakukan semedi tiga hari.

“Saya semedi tiga hari. Kita harus lockdown apa tidak, karena kita tidak punya pengalaman,” ungkapnya dalam sambutan pembukaan Rakornas Transisi Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional 2023 yang  disiarkan di kanal YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (26/1/2023).

Banyak tekanan dari sisi pandemi, ekonomi juga. Pasalnya, pendapatan negara anjlok 16 persen padahal belanja harus naik 12 persen. 

Saat itu, Presiden juga menyebut  80 persen menteri meminta kepadanya untuk melakukan lockdown, termasuk DPR dan partai politik. Namun presiden beranggapan, jika saat itu pemerintah melakukan kebijakan lockdown akan lahir kerusuhan di tengah masyarakat karena permasalahan ekonomi. 

Baca Juga: Alasan Vaksin Booster Kedua Tetap Penting Meski Kasus Covid-19 Melandai

“Tekanan seperti itu pada saat mengalami krisis dan kita tidak jernih tergesa-gesa bisa salah keliru,” bebernya.

Jokowi pun mengandaikan, jika saat itu misalnya diputuskan lockdown, menurut hitungannya, dalam 2 atau 3 minggu rakyat tidak mempunyai peluang mencari nafkah karena semua ditutup dan negara tidak bisa memberikan bantuan pada rakyat.

 

“Apa yang terjadi? Rakyat pasti rusuh, itu yang kita hitung sehingga kita putuskan tidak lockdown,” lanjut mantan Gubernur DKI Jakarta itu.

Penulis : Fransisca Natalia Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV


TERBARU