> >

Begini Mekanisme Penyitaan Harta Pelaku Kejahatan di RUU Perampasan Aset

Hukum | 16 Mei 2023, 07:57 WIB
Tanah beserta bangunan milik obligor BLBI Ulung Bursa yang disita Satgas BLBI di Matraman, Jakarta Timur, Kamis (17/2/2022). (Sumber: Dok. Satgas BLBI)

Jika nantinya RUU Perampasan Aset disahkan menjadi UU maka negara melalui Kejaksaan Agung bisa merampas aset tanpa menunggu vonis pengadilan terhadap tersangka atau terdakwa.

"Pendekatan RUU ini banyak penerapan perampasan aset tanpa tuntutan pidana. Orangnya tidak dihukum, mungkin buron, meninggal dunia, tidak dapat dieksekusi karena susah asetnya saja yang dirampas untuk negara. Jadi pelakunya tidak dihukum dulu tapi langsung asetnya dirampas," ujar Yunus. 

Lebih lanjut Yunus menjelaskan jika sudah disahkan menjadi UU, tidak semua tindak pidana bisa diterapkan perampasan aset. 

Dalam draf RUU Perampasan Aset telah dibuat batasan perkara yang bisa dilakukan perampasan yakni ancaman hukuman empat tahun lebih. Jumlah aset yang dirampas ditentukan paling sedikut Rp100 juta. 

Baca Juga: KPK Sita Rumah Rafael Alun yang Dibeli dari Pengusaha Grace Tahir!

"Kenapa Rp100 juta, dalam kasus narkotika misalnya yang disita misalnya asbak, buat apa barang-barang kecil ngerepotin kita. Jadi harus ada nilai yang signifikan," ujar Yunus.

Sebelumnya Presiden Joko Widodo telah mengirimkan surat presiden (surpres) terkait pembahasan RUU Perampasan Aset berikut naskah RUU kepada pimpinan DPR pada 4 Mei 2023. 

Dalam surpres tersebut, Presiden Jokowi memberi tugas kepada Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD, Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly, Jaksa Agung ST Burhanuddin, dan Kapolri Listyo Sigit Prabowo sebagai wakil pemerintah membahas RUU tersebut di DPR. 

Draf RUU Perampasan Aset yang disampaikan pemerintah kepada DPR terdiri dari 7 bab dan 68 pasal.

 

Penulis : Johannes Mangihot Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU