> >

Anjlok karena Kasus Ferdy Sambo, Kepercayaan Publik ke Polri Melonjak pada Juni 2023

Humaniora | 3 Juli 2023, 06:00 WIB
Foto arsip. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Listyo Sigit Prabowo di TMP Kalibata, Jakarta, Rabu (29/6/2022). (Sumber: Kompas.com/Divisi Humas Polri)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Berdasarkan survei Indikator Politik Indonesia yang dirilis hari ini, Minggu (2/7/2023), kepercayaan publik ke Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) sebagai lembaga negara melonjak usai sempat anjlok karena kasus Ferdy Sambo tahun 2022 lalu.

Hasil survei bertajuk "Evaluasi Publik atas Kinerja Lembaga Penegak Hukum dan Perpajakan" yang dibacakan oleh Peneliti Utama Indikator Politik, Burhanuddin Muhtadi, menempatkan Polri dalam urutan keempat sebagai lembaga publik yang dipercaya masyarakat.

Angka kepercayaan terhadap Polri itu meningkat setelah sebelumnya, pada Agustus 2022, sempat anjlok di angka 54 persen. Sebab, saat itu perhatian publik banyak tertuju pada kasus pembunuhan Brigadir J atau Nofriansyah Yosua Hutabarat oleh atasannya, eks Inspektur Jenderal Polisi, Ferdy Sambo.

"Trust (kepercayaan) terhadap Polri anjlok ke angka 54 persen waktu Agustus 2022, selama satu bulan setelah Sambo membetot perhatian publik dan itulah trust paling rendah polisi. Kurang dari setahun polisi berhasil memulihkan citranya," terang Burhanuddin dalam acara Pemaparan Rilis Survei Nasional Indikator secara daring, Minggu (2/7/2023).

Baca Juga: Indikator: Dari 22 Persen yang Tahu Kasus BTS Johnny G. Plate, 36 Persen Percaya Ada Muatan Politik

Akan tetapi, survei bulan Juni menunjukkan, Polri memeroleh tingkat kepecayaan publik mencapai 76 persen, yang terdiri dari 65,6 persen mengaku cukup percaya dan 10,8 sangat percaya.

Di sisi lain, ada 20 persen mengaku kurang percaya dan 31,5 persen responden memilih untuk sangat tidak percaya dengan Polri.

Menanggapi hasil survei tersebut, anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Poengky Indarti mengungkapkan, pulihnya kepercayaan publik terhadap instansi Polri tak lepas dari peran Kapolri Jenderal Listyo Sigit.

"Pak Kapolri ini kalem tapi tegas. Pasca kasus FS ini kondisi 45 persen segera naik," ujarnya sebagaimana dilaporkan jurnalis Kompas TV Karima Annisa dan Yogi di Jakarta, Minggu (2/7).

Menurut Poengky, Kapolri secara tegas berupaya membersihkan tubuh lembaga yang dipimpinnya karena malu dengan perbuatan sejumlah perwira polisi, di antaranya Ferdy Sambo dan Teddy Minahasa yang berpangkat Inspektur Jenderal (Irjen).

"Kalau dilihat ketegasan Pak Kapolri melakukan bersih-bersih di tubuh Polri, dan kalau saya lihat ini sebenarnya rasa malu berjemaah kasus Ferdy Sambo, Teddy Minahasa," terangnya.

aca Juga: Indikator: Masih Ada Publik yang Enggan Bayar Pajak karena Rafael Alun, Minta Koruptor Dihukum Berat

Sesungguhnya, kata Poengky, banyak orang baik di tubuh Polri. Namun, sebanyak 470 ribu anggota terdampak kasus dua mantan Irjen tersebut. 

"Banyak yang merasa sudah kerja bagus, tetapi ketika ada kasus Sambo dan kawan-kawan jadi meaningless (tidak berarti). Seperti nila setitik rusak susu sebelanga," ujarnya.

Ia menilai, semangat Kapolri dan anggota dalam meningkatkan citra Polri berhasil meningkatkan kepercayaan masyarakat.

"Kami berterima kasih kepada masyarakat telah membantu melakukan pengawasan kepada Polri, seperti melakukan pengaduan kepada pengawas internal dan eksternal polri," jelasnya.

Poengki menyebut, laporan masyarakat melalui media sosial sangat membantu tugas Kompolnas maupun Polri.

Baca Juga: Survei Nasional Kepercayaan Publik terhadap Lembaga Negara: TNI Tertinggi, Partai Politik Terendah

"Sebelum 2022, kepercayaan masyarakat terhadap polisi sangat tinggi karena adanya peran Polri dalam kondisi Covid-19. Kemudian jatuh ketika ada kasus Ferdy Sambo," jelasnya.

"Dan ini perlu kami tingkatkan kembali, karena harapan masyarakat kepada polri sangat tinggi karena ini merupakan institusi 24 jam yang mengawas dan melayani serta melindungi masyarakat serta menegakkan hukum," pungkasnya.

Berdasarkan survei lembaga Indikator Politik Indonesia, Polri berada di bawah Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang menempati urutan pertama lembaga paling dipercaya publik.

Kemudian Presiden paling dipercaya publik pada urutan kedua dan Kejaksaan Agung di urutan ketiga.

Survei ini dilakukan pada 20-24 Juni 2023 terhadap 1.220 orang yang berasal dari seluruh provinsi yang terdistribusi secara proporsional. Metode penarikan sampel yang digunakan adalah multistage random sampling.

Dengan asumsi metode simple random sampling, ukuran sampel 1.220 responden memiliki toleransi kesalahan (margin of error) sekitar ±2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

 

Penulis : Nadia Intan Fajarlie Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU