> >

Apa Itu Fenomena Aphelion? Benarkah Sebabkan Cuaca Dingin? Begini Penjelasan BMKG

Peristiwa | 11 Juli 2023, 06:00 WIB
Ilustrasi. Aphelion adalah fenomena ketika matahari berada dalam posisi terjauh dari Bumi. Namun, BMKG menjelaskan, fenomena tersebut tidak berpengaruh banyak pada fenomena atmosfer atau cuaca di permukaan bumi. (Sumber: Antaranews)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan penyebab suhu dingin yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia akhir-akhir ini. Penjelasan BMKG disiarkan usai terdapat informasi simpang siur mengenai keterkaitan cuaca dingin dengan fenomena Aphelion.

Aphelion sendiri adalah fenomena ketika matahari berada dalam posisi terjauh dari Bumi. Namun, BMKG menjelaskan, fenomena tersebut tidak berpengaruh banyak pada fenomena atmosfer atau cuaca di permukaan bumi.

Melalui akun Instagram resmi mereka, BMKG menjelaskan bahwa cuaca dingin yang dirasakan penduduk memang umum terjadi pada puncak musim kemarau.

Baca Juga: BMKG: Sejumlah Kota Besar Indonesia Berpotensi Hujan Meski Musim Kemarau Mulai Tiba

“Fenomena suhu udara dingin umumnya terjadi di bulan-bulan puncak musim kemarau (Juli-September) yang ditandai dengan pergerakan angin dari arah timur-tenggara yang berasal dari Benua Australia,” demikian keterangan BMKG melalui Instagram-nya, Senin (10/7/2023).

“Adanya pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia mampu menggerakkan massa udara dari Australia menuju Indonesia sehingga mengakibatkan suhu di beberapa wilayah Indonesia, terutama bagian selatan khatulistiwa (Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara) terasa lebih dingin atau dikenal dengan istilah Monsoon Dingin Australia.”

Selain itu, cuaca dingin di sebagian wilayah Indonesia juga dipengaruhi oleh berkurangnya awan dan hujan pada musim kemarau.

“Ditambah lagi, berkurangnya awan dan hujan di Pulau Jawa-Nusa Tenggara pada musim kemarau memengaruhi terjadinya suhu yang dingin di malam hari karena tidak ada uap air dan air yang mengakibatkan energi radiasi yang dilepaskan oleh Bumi pada malam hari tidak tersimpan di atmosfer,” kata BMKG.

“Hal tersebut yang kemudian membuat udara dekat permukaan terasa lebih dingin, terutama pada malam hingga pagi hari.”

BMKG juga menyebut, cuaca dingin yang terjadi setiap tahun ini dapat menyebabkan wilayah pegunungan seperti Dataran Tinggi Dieng mengalami embun es (embun upas). Embun es kerap disalahkirakan sebagai salju oleh sebagian orang.

Kesimpulannya, menurut BMKG, fenomena Aphelion memang terjadi bertepatan dengan suhu dingin di beberapa wilayah Indonesia pada tahun ini. Namun, kedua fenomena tersebut tidak terkait.

Baca Juga: Fenomena El Nino Mengadang, Moeldoko Minta 6 Provinsi Waspadai Potensi Kebakaran Hutan dan Lahan

 

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV


TERBARU