> >

Jokowi soal Bahasa Indonesia Jadi Bahasa Resmi di UNESCO: Kebanggaan bagi Bangsa Indonesia

Peristiwa | 21 November 2023, 16:52 WIB
Presiden RI Joko Widodo saat menyampaikan keterangan pers dari Washington, Amerika Serikat (AS), Minggu (12/11/2023). Presiden Jokowi menyambut baik keputusan penetapan bahasa Indonesia menjadi  bahasa resmi pada Konferensi Umum Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau UNESCO. (Sumber: Youtube Sekretariat Presiden)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyambut baik keputusan penetapan bahasa Indonesia menjadi  bahasa resmi pada Konferensi Umum Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau UNESCO.

Menurutnya, pengakuan tersebut menjadi kebanggaan bagi bangsa Indonesia.

Hal ini disampaikan Presiden melalui akun Instagram resminya @jokowi, Selasa (21/11/2023).

"Pengakuan ini merupakan kebanggaan bagi segenap bangsa Indonesia," kata Jokowi.

Jokowi mengatakan, Badan khusus PBB yang membidangi pendidikan, keilmuan, dan kebudayaan ini menetapkan Bahasa Indonesia melalui resolusi berjudul Recognition of Bahasa Indonesia as an Official Language of The General Conference of UNESCO.

Dengan demikian, lanjut dia, Bahasa Indonesia menjadi bahasa ke-10 yang diakui sebagai bahasa resmi Konferensi Umum UNESCO, bersama enam bahasa resmi PBB, yakni Bahasa Inggris, Arab, Mandarin, Prancis, Spanyol, Rusia, Bahasa Hindi, Italia, dan Portugis.

"Dengan penetapan ini, Bahasa Indonesia dapat dipakai sebagai bahasa sidang, dan dokumen-dokumen Sidang Umum UNESCO juga dapat diterjemahkan ke Bahasa Indonesia," jelas Jokowi.

Baca Juga: Bangga! Bahasa Indonesia Ditetapkan sebagai Bahasa Resmi Konferensi Umum UNESCO

Diberitakan sebelumnya, penetapan Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi dalam konferensi UNESCO tersebut, dengan diadopsinya Resolusi 42 C/28 secara konsensus dalam sesi pleno Konferensi Umum ke-42 UNESCO pada Senin (20/11) di Markas Besar UNESCO Paris, Prancis.

Delegasi Tetap RI untuk UNESCO Duta Besar Mohamad Oemar mengatakan, keputusan ini diambil karena jumlah penutur bahasa Indonesia.

Penulis : Isnaya Helmi Editor : Fadhilah

Sumber : Kompas TV


TERBARU