> >

Mitigasi Erupsi, PVMBG Pantau Peningkatan Aktivitas Gunung Api di Indonesia

Peristiwa | 6 Desember 2023, 04:40 WIB

 

Ilustrasi Gunung Merapi memuntahkan awan panas guguran. PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM saat ini melakukan pemantauan terhadap 68 gunung api di Indonesia secara menerus melalui Pos Pengamatan Gunung Api (PGA). (Sumber: Dok. BPPTKG)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM saat ini melakukan pemantauan terhadap 68 gunung api di Indonesia secara menerus melalui Pos Pengamatan Gunung Api (PGA).

Kepala PVMBG Kementerian ESDM, Hendra Gunawan menyebut, pemantauan terhadap gunung api aktif Indonesia yang menunjukkan peningkatan aktivitas tersebut merupakan salah satu mitigasi erupsi gunung api.

"Hingga saat ini, 68 gunung api dipantau secara terus-menerus melalui 75 pos pengamatan gunung api di seluruh Indonesia, sebagai salah satu mitigasi erupsi gunung api," kata Hendra dalam keterangannya, Selasa (5/12/2023).

Menurut penjelasannya, pemantauan dilakukan selama 24 jam.

"Aktivitas ini dipantau terus-menerus selama 24 jam," ujarnya.

Hendra menyebut, pihaknya secara rutin menyampaikan informasi dan berkoordinasi dengan adanya aktivitas gunung api tersebut kepada para pemangku kepentingan terkait.

Berdasarkan pemantauan dan monitoring, hingga akhir November 2023 tercatat gunung api pada Level III (Siaga) sebanyak tiga gunung yaitu Anak Krakatau, Merapi, dan Semeru.

Sementara gunung api yang berada di  Level II (Waspada) sebanyak 18 gunung api, dan Level I (Normal) ada 47 gunung api.

Hendra mengatakan, banyaknya aktivitas gunung api di Indonesia dipengaruhi letak Indonesia pada pertemuan tiga lempeng tektonik aktif, yaitu Eurasia, Pasifik, dan Indo-Australia yang bergerak saling bertumbukan.

Baca Juga: Update Erupsi Gunung Marapi: 9 dari 10 Pendaki yang Hilang Ditemukan Meninggal Dunia

"Proses penunjaman atau subduksi mengakibatkan pelelehan batuan kerak bumi, bagian batuan meleleh mempunyai berat jenis lebih ringan dibandingkan batuan sekitarnya, sehingga bergerak mengapung menuju permukaan, kemudian membentuk gunung api," katanya.

Ia menyebut, proses penunjaman dan pelelehan batuan kerak bercampur dengan batuan mantel, sebagian demi bagian berjalan secara menerus mengakibatkan terjadi erupsi secara periodik dari gunung api.

Lebih lanjut Hendra mengungkapkan, beberapa gunung api saat ini yang menunjukkan peningkatan aktivitas di antaranya Gunung Lokon dan Gunung Anak Krakatau.

Catatan petugas Pos Gunung Lokon menunjukkan peningkatan aktivitas asap kawah sejak pukul 00.00–06.00 WITA setinggi 25-150 m dari kawah Tompaluan.

Hal itu diikuti peningkatan kegempaan berupa gempa vulkanik dangkal sebanyak 25 kejadian, 5 kali gempa vulkanik dalam, 3 kali gempa hembusan, dan 3 kali gempa tektonik jauh.

Berdasarkan data visual dan instrumental, terindikasi adanya peningkatan tekanan di bagian dangkal (permukaan) setelah terekamnya gempa vulkanik dangkal yang berasosiasi dengan pelepasan gas hembusan.

Sementara itu Gunung Anak Krakatau, Lampung, kata Hendra, telah terjadi erupsi pada 5 Desember 2023 pukul 16.25 WIB dengan tinggi kolom abu teramati 1.000 m di atas puncak atau 1.157 m di atas permukaan laut.

"Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat laut," jelasnya, dikutip dari Antara.

Erupsi Gunung Anak Kratatu tersebut terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 70 mm dan durasi 49 detik dan tidak terdengar suara dentuman.

Baca Juga: Kesaksian Pendaki Gunung Marapi Selamat dari Erupsi: Batu-Batu Turun, Kayak Dilempar-lempar

Penulis : Isnaya Helmi Editor : Deni-Muliya

Sumber : Kompas TV/Antara.


TERBARU