> >

Cak Imin Kritik Pembelian Alutsista, Komisi I: Bentuk Inkonsistensi, Biar Rakyat yang Nilai

Politik | 4 Januari 2024, 10:12 WIB
Ketua Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Meutya Hafid (Sumber: Tribunnews)

JAKARTA, KOMPAS TV - Ketua Komisi I DPR RI Meutya Hafid menanggapi kritikan Cawapres nomor urut 1 Muhaimin Iskandar atau Cak Imin ihwal pembelian alat utama sistem senjata (alutsista) melalui utang. 

Menurut dia, ini bentuk inkonsistensi dari Cak Imin yang lain, setelah ia menjadi cawapres dari Anies Baswedan di Pilpres 2024. 

"Mungkin ini salah satu bentuk inkonsistensi Cak Imin sejak pilpres, setelah inkonsistensi terhadap IKN (Ibu Kota Nusantara-red). Mungkin ini adalah jalan politik yang harus ditempuh Cak Imin setelah mengusung perubahan di Pilpres 2024. Masyarakat bisa menilai sendiri," kata Meutya kepada wartawan, Kamis (4/1/2024).

Baca Juga: Cak Imin Kritik Pembelian Alat Perang Melalui Utang, TKN Prabowo: Dia Tak Paham Geopolitik

Politikus Partai Golkar itu meyakini seharusnya Cak Imin paham kalau pembelian alutsista dengan utang itu merupakan hal yang lumrah. 

"Saya yakin Cak Imin paham. Cak Imin menjabat ketum partai saja hampir 10 tahun. Beliau juga anggota DPR sejak tahun 1999, pernah pimpinan DPR, pernah menteri pula," kata Meutya.

"Jadi saya yakin beliau paham, apalagi Cak Imin juga adalah anggota Komisi I yang membidangi luar negeri-geopolitik dan pertahanan termasuk ikut memberi persetujuan terhadap postur anggaran pertahanan," sambungnya.

Ia menyebut kritikan Cak Imin itu ditujukan kepada Capres nomor urut 2 Prabowo Subianto yang sejatinya saat ini masih menjadi Menteri Pertahanan.

"Saya menilai pernyataan beliau bukan karena tidak paham namun memiliki intensi lain terhadap Menhan yang saat ini menjadi calon presiden. Cak Imin tahu persis kita membutuhkan alutsista," ujarnya.

Sebelumnya, Cak Imin mempertanyakan kebijakan pemerintah yang melakukan pengadaan alutsista ketika sedang tidak dibutuhkan. 

Penulis : Fadel Prayoga Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV


TERBARU