> >

Dampak Perubahan Iklim dan Kerusakan Lingkungan, Pengamat: Kita Berada di Era Bencana Rutin

Humaniora | 5 Mei 2024, 09:37 WIB
Jalur Pantura Demak-Kudus tergenang banjir dan tidak dapat dilalui kendaraan, Minggu (17/3/2024). Pengamat lingkungan, Mustam Arif menyebut era "bencana rutin" telah terjadi akibat perubahan iklim dan rusaknya lingkungan. (Sumber: ANTARA/Akhmad Nazaruddin Lathif)

MAKASSAR, KOMPAS.TV - Pengamat lingkungan, Mustam Arif menyebut era "bencana rutin" telah terjadi akibat perubahan iklim dan rusaknya lingkungan.

Mustam meminta semua pihak mewaspadai potensi bencana ekologis yang dapat menjadi peristiwa rutin dan serentak.

Hal tersebut disampaikan Mustam terkait banjir dan longsor di Provinsi Sulawesi Selatan yang disebutnya terjadi setiap tahun.

Namun, ia menganggap mitigasi bencana banjir dan longsor rutin ini belum dilakukan secara serius.

Akibatnya, Mustam menyebut, rentetan banjir dan longsor beberapa bulan ini kemudian memuncak pada banjir dan longsor serentak di Luwu, Sidrap, Pinrang, Wajo, Enrekang, Bone dan Sinjai yang menjadi "pukulan telak."

"Kita berada di era bencana rutin, karena kerusakan lingkungan dan dampak perubahan iklim. Sejumlah kabupaten/kota di Sulawesi Selatan telah dipetakan oleh BPBD sebagai daerah rawan bencana, terutama banjir dan longsor," kata Mustam di Makassar, Sabtu (4/5/2024).

Baca Juga: Ada Peningkatan Jumlah Bibit Siklon Tropis di Sekitar Indonesia, BMKG: Perubahan Iklim

Direktur Eksekutif Jurnal Celebes tersebut menyampaikan, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten mesti mengambil langkah serius.

Pasalnya, mengacu pada anomali dampak perubahan iklim, bencana serentak bisa terjadi secara rutin.

Hal mendasar yang harus dibenahi menurutnya adalah mengubah paradigma penanggulangan bencana yang berimbang.

Yakni antara orientasi tanggap darurat dan pemulihan dengan pencegahan (mitigasi) dan kesiapsiagaan.

Menurut Mustam, selama ini penanggulangan bencana terlalu berorientasi pada tanggap darurat (response) dan pemulihan (recovery).

Sedangkan pencegahan atau mitigasi kurang diperhatikan. Padahal, di level mitigasi, dampak bencana dapat diminimalkan atau dicegah.

Mustam menyebut, eskalasi bencana kian tahun kian meningkat akibat kerusakan lingkungan dan dampak perubahan iklim.

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Deni-Muliya

Sumber : Kompas TV


TERBARU