> >

Elite PDIP Sebut Praktik De-Soekarnoisasi Era Orba Nyata: Peziarah saat Itu Harus Izin ke Kodim

Politik | 6 Juni 2024, 14:05 WIB
Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (29/8/2023). (Sumber: Fadel Prayoga/Kompas TV)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP) Djarot Saiful Hidayat menyebut praktik de-Soekarnoisasi yang dilakukan Presiden ke-2 RI Soeharto kala memimpin pemerintahan Orde Baru (Orba) amat nyata dirasakan oleh masyarakat. 

Djarot mengatakan putra dan putri Sang Proklamator seperti Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, dan Rahmawati Soekarnoputri perlu mendapatkan izin dari Komando Distrik Militer (Kodim) di Blitar, Jawa Timur, saat ingin berziarah ke makam Soekarno.

"Orang yang mau ziarah ke Blitar, waktu itu harus izin ke kodim, bahkan keluarganya pun. Bu Mega, Pak Guntur, Mbak Rahma, harus lapor dan untuk masuk ke persis makam, itu kunci dibawa oleh Kodim. Tidak bisa masuk sampean. Betul tidak? Izin dahulu, baru dibuka buat keluarganya. Ini proses de-Soekarnoisasi yang luar biasa," kata Djarot di Sekolah Partai PDIP, Jakarta Selatan, Kamis (6/6/2024). 

Baca Juga: Pidato di Penutupan Rakernas PDIP, Megawati Puji Gaya Soekarno Blusukan dengan "Mode Incognito"

Dia awalnya bercerita ketika ia diberikan tugas oleh PDIP menjabat Wali Kota Blitar periode 2000-2010 dan merapikan makam Soekarno.

Djarot menjelaskan, Soekarno dalam wasiat kepada keluarganya, sebenarnya ingin dimakamkan di Istana Batutulis, Bogor, Jawa Barat.

Namun, kata dia, rezim Orba ketakutan mendengar informasi tersebut. 

Menurut dia, pemerintahan Orba kala itu khawatir keberadaan makam Soekarno yang dekat dari Jakarta, bisa membangkitkan semangat rakyat untuk melawan neokolonialisme yang dibawa rezim Soeharto. 

"Pak Harto (Soeharto, red) waktu itu ketakutan. Kalau sampai Bung Karno dimakamkan di Bogor, di Batutulis, dekat dengan kekuasaan. Ini cerita dari para senior, para orang-orang PNI (Partai Nasional Indonesia), mbah-mbah PNI di Blitar, ketakutan, karena Bogor sangat dekat dengan Jakarta."

"Ketakutan akan aura Soekarno, ajaran Soekarno, pemikiran Soekarno, itu menjadi daya pendorong yang hebat untuk bisa mengalahkan neokolonialisme dan neoimperialisme yang dibawa oleh pemerintah Orba pada saat itu," katanya.

Penulis : Fadel Prayoga Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV


TERBARU