> >

Setahun Implementasi DBON, Pembinaan Atlet Usia Muda Jadi Perhatian Utama

Sports | 20 Oktober 2022, 04:55 WIB
Menko PMK Muhadjir Effendy melakukan rapat dengan lembaga terkait untuk meninjau implementasi Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) yang sudah berlangsung satu tahun, Rabu (19/20/2022). (Sumber: Kemenko PMK)

Maka dari itu, Muhadjir meminta Kemenpora untuk melakukan kerja sama dengan lembaga sektor pendidikan.

"Karena itu harus diadakan koordinasi secara intens terutama stakeholder atau pemangku utama dari Kemenpora dengan sektor pendidikan yaitu Kemendikbudristek yaitu sekolah, kemudian Kemenag yang menjadi pemangku madrasah," terangnya.

Muhadjir menambahkan, juga harus ada sinkronisasi target-target antara target di DBON dengan yang ada di RPJMN dan RKP serta penguatan dukungan dari lembaga terkait untuk implementasi DBON.

Pembinaan Atlet Muda Jadi Perhatian Utama

Dalam kesempatan yang sama, Menpora Zainudin Amali kemudian menjelaskan mengenai sentra pembinaan olahraga yang akan dibangun di sepuluh provinsi yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, NTB, Kalimantan Timur, dan Papua.

Baca Juga: Menpora Zainudin Amali Sosialisai DBON di Solo

Nantinya sentra pembinaan olahraga ini akan berada di wilayah universitas atau perguruan tinggi yang memiliki fakultas keolahragaan.

Hal ini bertujuan agar para atlet juga bisa memiliki pendidikan formal yang bagus serta ada SDM yang ikut memantau.

"Dalam sentra itu direkrut anak-anak rata-rata usia 12 tahun. Lulusan SD masuk SMP. Sekolahnya tidak boleh terlantar. Nah yang saya sampaikan tadi dia punya Labschool. Misalnya UNJ (Universitas Negeri Jakarta), itu punya fakultas keolahragaan, punya lab sport science, punya penginapan tempat latihan, dan labschool. Dan kita tempatkan sesuai kecabangan olahraga," jelas Menpora.

Selama menjalani pembinaan, tugas para atlet muda ini hanya berlatih dan belajar. Mereka pun akan mendapat uang saku dari pemerintah.

Pihak pemerintah juga akan memenuhi kebutuhan atlet mulai dari pelatih, dokter, ahli gizi hingga psikolog yang akan menjadi pendamping.

"Para atlet hanya latihan dan belajar. Sehari-hari sekolah belajar makan dan uang saku dibayar pemerintah pusat," ujar Zainudin Amali.

Dia yakin, jika atlet dibina dalam latihan selama minimal 10.000 jam atau 10 tahun, maka sang atlet bisa berprestasi dan menjadi juara Olimpiade di masa depan.

Sementara dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), pihaknya akan ikut membantu meningkatkan kualitas atlet melalui upaya sport science.

Kemenkes mempunyai program dan inovasi yang akan memperkuat postur tubuh atlet agar bisa bersaing di ajang internasional. 

Penulis : Rizky L Pratama Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU