> >

Ajari Anak Menyayangi Dirinya dengan 6 Cara ini!

Edukasi | 22 September 2022, 11:22 WIB
Mengajarkan anak untuk menyayangi dirinya bisa dimulai sedini mungkin (Sumber: Freepik / gpointstudio)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Pastinya, setiap orangtua ingin yang terbaik bagi anaknya. Akan tetapi, bagaimana bila anak sedang dirundung masalah, bahkan menyebabkannya berpikir ada sesuatu yang salah pada dirinya.

Tentu hal ini membuat orangtua khawatir atas keadaan anak.

Siniar Dongeng Pilihan Orangtua dalam episode “Dongeng Landi Si Landak Kesepian” menceritakan keadaan Landi, seekor landak, yang belum bisa menerima perbedaan pada dirinya. Landi merasa demikian karena duri-duri yang ada di sekujur tubuhnya membuat teman-temannya ketakutan hingga Landi kesepian.

Untuk mengetahui perasaan anak, orangtua dapat menggunakan dongeng-dongeng sastra anak yang representatif dalam mengungkapkan dunia anak. Dengan mendengarkan atau membaca dongeng, anak juga menjadi belajar melihat masalah dan dunia berdasarkan sudut pandang lain sesuai kemampuannya.

Selain itu, anak juga akan menyadari bahwa banyak perbedaan dalam kehidupan, termasuk dirinya, dan itu adalah hal baik. Dengan begitu, anak akan lebih toleransi dan dapat menerima serta menyayangi dirinya dalam dunia yang penuh perbedaan.

Baca Juga: Bagaimana Cara Menentukan Tujuan Hidup?

Anak-anak yang merasa baik dan mampu menerima dirinya akan memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Mereka juga akan cenderung melakukan yang terbaik di kala mengerjakan tugas atau sesuatu yang menarik perhatian.

Perilaku menerima dan menyayangi pada anak dapat membantu mereka mengatasi bila melakukan kesalahan atau menghadapi masalah.

Akan tetapi, jangan lupa untuk membimbing proses tumbuh dan kembang anak, sehingga mereka tidak merasa sendiri. Lantas, bagaimana mengajari anak menerima dan menyayangi diri?

Dilansir dari kidshealth.org, berikut adalah enam cara yang bisa dilakukan orangtua untuk mengajari anak menerima dan menyayangi diri mereka.

1. Bantu Anak Belajar

Pada setiap jenjang usia, banyak pelbagai hal baru yang dipelajari anak. Bahkan sesuatu yang sederhana pada usia bayi, seperti merangkak atau menyebut kata pertama adalah kegembiraan.

Perkembangan anak tersebut tidak akan lepas dari peran orangtuanya. Itulah mengapa, orangtua harus aktif membantu anak belajar. Mereka tidak bisa belajar sendiri tanpa adanya sosok figur yang dipercaya dan dapat diandalkan.

Dengan membantu anak belajar, khususnya oleh orangtua, mereka secara langsung ataupun tidak langsung akan merasa dirinya diterima dan disayangi oleh lingkungan terdekatnya.

Baca Juga: Bahaya Membandingkan Anak dengan Saudaranya

2. Bijaksana dalam Memberikan Pujian

Jelas, memberikan pujian atau kata-kata manis di kala anak berhasil melakukan sesuatu merupakan hal baik. Akan tetapi, bila dilakukan secara tidak bijaksana malah akan menimbulkan bumerang.

Contohnya, pujian diberikan pada waktu atau keadaan yang tidak tepat. Di kala anak bermain alat musik dan dirinya mengetahui bahwa permainannya tidak optimal, pujian tersebut akan dianggap anak sebagai sesuatu yang palsu.

Itu sebabnya, orangtua dapat memfokuskan perkembangan anak pada proses, bukan hasilnya.

3. Jadilah Sosok Panutan yang Tepat

Orangtua tidak perlu mencontohkan tindakan-tindakan layaknya aktor dalam film. Kita bisa memberikan contoh kegiatan sehari-hari, seperti menyapu, mencuci piring, dan merapikan tempat tidur.

Hal ini akan menyebabkan anak mengetahui pekerjaan rumah dan menyadari adanya tanggung jawab dan peran yang harus dijalani dalam kehidupan.

4. Hindari Kritikan yang Tidak Membangun

Kritik tidak harus melulu memberikan solusi. Hal yang penting dalam memberikan kritik adalah penyadaran atas terjadinya suatu kejadian.

Memberikan kritik yang sifatnya tidak konstruktif dalam masa tumbuh dan perkembangan anak dapat menyebabkan munculnya perasaan dan pikiran negatif terhadap diri anak. Terlebih, orangtua yang kerap memberikan pernyataan emotif, bukan kritikan, seperti “Dasar malas!” atau “Bila tidak belajar, kamu akan seperti dia” akan menimbulkan persepsi negatif pada kehidupan anak.

Baca Juga: Hindari Konflik Anak dan Orangtua dengan Saling Memahami

 5. Identifikasi Kelebihan dan Minat Anak

Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga anak. Terlebih, mereka masih berada pada tahap perkembangan yang membutuhkan proses. Bukan sesuatu yang buruk bila mereka melakukan kesalahan atau bertemu kegagalan.

Itulah mengapa, anak memerlukan peran orangtua untuk mengetahui kelebihan, kekurangan, dan minat pada diri mereka sehingga proses perkembangan dapat optimal.

6. Berikan Anak Kesempatan Membantu dan Memberi

Empati anak dalam melihat kehidupan akan timbul di kala mereka ikut berkontribusi. Hal ini dapat dicapai dengan orangtua yang memberikan kesempatan anak untuk membantu dan memberi.

Jelas, mereka tidak bisa membantu atau memberi sesuatu yang kompleks. Akan tetapi, orangtua bisa membiarkan anak melakukan pekerjaan rumah atau ikut dalam kegiatan lingkungan, seperti bakti sosial.

Simak dongeng kehidupan Landi si Landak dalam siniar Dongeng Pilihan Orangtua episode “Dongeng Landi Si Landak Kesepian” hanya di Spotify. Tak hanya itu, ada banyak cerita dongeng yang disuguhkan, mulai dari fabel, legenda, hingga cerita kehidupan yang bisa didengarkan bersama anak.

Tunggu apalagi? Yuk, segera ikuti siniarnya agar kalian tak tertinggal tiap ada episode terbaru!

Penulis: Zen Wisa Sartre dan Ristiana Dwi Putri 

Penulis : Ristiana D Putri Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Kompas TV


TERBARU