> >

Pengertian Integritas: Simak Penjelasan dan Karakteristiknya

Edukasi | 12 Januari 2024, 00:00 WIB
Ilustrasi orang yang memiliki integritas untuk berkontribusi mencapai kesuksesan di dalam organisasinya (Sumber: Freepik)

JAKARTA, KOMPAS TV - Integritas merupakan gambaran diri seseorang dalam suatu organisasi yang tercermin melalui perilaku dan tindakan sehari-hari. Hal ini menunjukkan konsistensi antara ucapan dan keyakinan yang tercermin dalam perbuatan sehari-hari.

Adakalanya, orang dapat berbicara sebatas di bibir saja, sementara hatinya dapat diisi dengan kesombongan, iri, dengki, dendam, dan emosi.

Mengutip dari laman resmi Kementerian Keuangan Republik Indonesia, seseorang yang memiliki integritas umumnya berpikir dengan cermat sebelum berbicara, sehingga perilaku dan tindakannya sejalan dengan apa yang diucapkan.

Integritas seseorang seringkali diuji melalui berbagai bentuk seperti jabatan, hubungan, kekayaan, keluarga, uang, tantangan kecil, atau keadaan sulit lainnya. Integritas dapat dianggap sebagai rasa sabar dan syukur.

Sementara itu, orang yang berintegritas cenderung bersikap sabar saat menghadapi ujian dan bersyukur saat merasakan kebahagiaan.

Integritas dimulai dengan berpikir, bukan hanya sekadar berkata. Proses berpikir ini melibatkan pembentukan pengetahuan, pemahaman, nilai, keyakinan, dan prinsip yang menjadi dasar untuk bertindak dengan integritas.

Berikut ini adalah 5 karakteristik seseorang yang memiliki integritas, di antaranya;

1. Bersikap Jujur, Tulus, dan Dapat Dipercaya

Setiap organisasi, dapat mudah mencari seseorang berlatar belakang pendidikan dan pengalaman yang bagus, namun untuk mendapatkan seseorang yang memiliki integritas, seperti bersikap jujur, tulus, dan dapat dipercaya, dapat menjadi sebuah tantangan.

Seseorang yang mempraktikkan kejujuran dan kesungguhan dalam melaksanakan pekerjaan, biasanya akan melibatkan hati nurani, menciptakan lingkungan kerja yang etis dan berintegritas.

Sikap jujur dan tulus bukan hanya sekadar prinsip dalam diri, melainkan keyakinan yang mampu memberikan kebahagiaan dan kedamaian hati.

Baca Juga: ICW Surati KY Minta Sidang Firli Bahuri dan Eddy OS Hiariej Diawasi: Demi Jaga Integritas

Perlu diingat juga, bekerja tidak hanya semata-mata mencari materi atau kekayaan, tetapi juga bagaimana setelah bekerja, hati menjadi damai dan tenang. Sedangkan, harta yang melimpah yang diperoleh melalui ketidakjujuran, dapat menimbulkan rasa bersalah, kegelisahan hati.

Kejujuran dan ketulusan tidak hanya menjadi pilar utama dalam mencegah terjadinya korupsi, kolusi, dan perilaku tercela lainnya. Sikap yang berlawanan, yakni ketidakjujuran, dapat merangsang korupsi dan menciptakan persaingan yang tidak sehat dalam suatu lingkungan.

Kejujuran dan ketulusan dalam bekerja tidak hanya membangun kepercayaan dalam lingkungan kerja, tetapi juga memperkuat kehormatan, harga diri, dan kewibawaan seseorang.

Sikap jujur dan tulus tidak akan mengurangi integritas seseorang. Malah sebaliknya, seseorang yang memiliki intergritas akan semakin dipercaya, dicintai, dihormati, dan dihargai oleh rekan kerja dan lingkungan sekitarnya.

Tidak hanya itu, seseorang yang konsisten dengan nilai-nilai integritas akan menciptakan atmosfer positif di tempat kerja, membangun hubungan yang kuat, dan menjadi contoh yang menginspirasi bagi orang lain.

Kepercayaan yang dibangun melalui kejujuran dan ketulusan adalah pondasi penting untuk kolaborasi yang efektif untuk meraih kesuksesan dalam sebuah organisasi.

2. Bertindak Transparan dan Konsisten

Bertindak secara transparan dan konsisten adalah hasil dari kepercayaan. Pemimpin organisasi cenderung mempercayai dan memberikan tanggung jawab yang berisiko kepada seseorang yang dapat dipercayai.

Dalam konteks pelayanan kepada masyarakat, transparansi terkait peraturan, biaya, dan Standar Operasional Prosedur (SOP) menjadi salah satu kunci.

Oleh sebab itu, penting untuk tidak menerima atau memungut sesuatu di luar ketentuan yang berlaku, karena hal tersebut dapat merusak kepercayaan. Mengingat membangun kepercayaan memerlukan waktu yang cukup lama, namun merusaknya bisa terjadi dengan cepat. 

Tidak hanya itu, penting juga untuk menjaga tingkat transparansi dan konsistensi dalam setiap tindakan, terutama dalam pelayanan kepada masyarakat.

Konsistensi dapat diartikan sebagai ketaatan dan patuh terhadap peraturan, kode etik, serta prinsip-prinsip moral yang diyakini sebagai benar. Hal ini mencakup kesesuaian antara kata-kata yang diucapkan dengan tindakan yang dilakukan, yang pada gilirannya menciptakan ketegasan.

Konsistensi juga merpakan keselarasan antara nilai-nilai dan tindakan, dan hal ini sepenuhnya tergantung pada pilihan dan kehidupan individu untuk menentukan arahnya.

Seseorang yang konsisten, terutama dalam situasi yang tidak jelas, akan bersikap tegas dalam upaya mencari dan memilih kebenaran.

Baca Juga: Ketua KPU soal 2 Panelis dari UNHAN: Semua Punya Integritas

3. Menjaga Martabat dan Tidak Melakukan Hal-hal Tercela

Menjaga martabat merupakan kemampuan untuk mempertahankan nilai-nilai positif dalam diri. Semakin penting posisi atau kedudukan seseorang di tempat kerja, maka semakin besar godaan yang mungkin menghadang.

Seseorang yang menjaga martabatnya tidak akan terlibat dalam perbuatan tercela seperti korupsi, pemerasan, penyalahgunaan kekuasaan, dan lainnya.

Mereka biasanya memiliki rasa takut dan malu yang cukup kuat untuk menjauhi tindakan yang dapat merugikan diri mereka sendiri dan instansi tempat mereka bekerja.

Sedangkan, seseorang yang melakukan perbuatan tercela biasanya tidak memiliki rasa takut dan malu, misalnya Petugas yang terang-terangan memungut biaya pengurusan berkas diluar ketentuan. Mereka bahkan ada yang merasa bangga dengan barang-barang yang dibeli dari uang hasil korupsi.

Namun, ketika mereka tertangkap tangan, konsekuensinya dapat menyebabkan penderitaan dan kesengsaraan hidup yang kemudian membawa malu kepada keluarga dan organisasinya.

Tindakan tidak bermartabat seperti ini dapat berujung pada kerugian, yang tidak hanya berdampak bagi individu yang terlibat, tetapi reputasi dan kepercayaan masyarakat terhadap organisasi tersebut.

4. Bertanggung Jawab Atas Hasil Kerja

Pegawai harus berani mengambil risiko atas hasil pekerjaannya, tidak hanya mempertanggung jawabkannya kepada pimpinan atau negara, tetapi yang lebih penting, dapat dipertanggung jawabkan kepada Tuhan.

Sebuah keyakinan bahwa setiap pekerjaan dilakukan diawasi, meskipun tidak terlihat oleh orang lain, menjadi dasar integritas dan tanggung jawab dalam menjalankan tugas.

Tindakan ini tentunya menciptakan kepercayaan bahwa setiap pekerjaan dilakukan dengan baik, bahkan ketika tidak ada orang yang menyaksikannya.

Menanggapi kesalahan atas hasil kerja dengan sikap yang terbaik yaitu dengan mengakui kesalahan, permintaan maaf, dan kemauan untuk memperbaiki diri.

Penting juga untuk jujur mengevaluasi diri sendiri, dan tidak menyalahkan pihak lain. Pemahaman bahwa tanggung jawab atas hasil kerja ada pada diri sendiri menciptakan kesadaran akan konsekuensi dari tindakan baik atau buruk yang dilakukan.

Baca Juga: Mahasiswa di Malang Dorong Pemilu Damai dan Berintegritas

5. Bersikap Objektif

Bersikap objektif melibatkan pemberian penilaian berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, dan didukung oleh data dan fakta. Bersikap objektif juga akan membawa keadilan dalam pengambilan keputusan.

Jika dalam bersikap hanya berdasarkan preferensi pribadi, dugaan, atau perasaan subjektif (suka atau tidak suka), tentu akan menimbulkan ketidakpuasan, kebencian, ketidakadilan, dan perilaku negatif.

Sedangkan tingkat pendidikan, keahlian, pengalaman, atau jabatan tinggi tidak secara otomatis mencerminkan tingkat integritas seseorang.

Integritas perlu dibangun melalui sikap objektif dan konsisten. integritas adalah pondasi karakter dan kualitas pribadi. Keputusan untuk mempertahankan integritas merupakan langkah menuju hidup yang lebih bermakna dan bahagia.

Dengan memegang teguh nilai-nilai positif, seseorang akan menciptakan pondasi kepercayaan, harga diri, hubungan yang baik dengan orang lain, serta membentuk arah kehidupan yang memberikan makna lebih dalam pada setiap tindakan.

 

Penulis : Almarani Anantar Editor : Gading-Persada

Sumber : Kementerian Keuangan Republik Indonesia


TERBARU