> >

Kronologi Anggota Polisi Jadi Korban Pembacokan Ormas di Medan, Berawal Kakak Ipar Sewakan Truk

Kriminal | 1 November 2021, 14:45 WIB
Ilustrasi: pelaku kejahatan. bacok begal maling (Sumber: WWW.PEXELS.COM)

Tak lama kemudian, Edi datang dan bertemu dengan anggota ormas tersebut. Di saat bersamaan, datang DK untuk menyelesaikan permasalahan penyewaan truk. 

Menurut Edi, DK dan anggota ormas itu saling berdebat. Akhirnya, DK menyarankan agar Edi mengembalikan uang sewa yang telah dibayarkan.

Baca Juga: Polisi Tangkap Penembak Komandan Tim Bais TNI Aceh, Ternyata Ada 3 Orang, Ini Masing-Masing Perannya

“Karena kondisi kejepit, DK yang menyarankan upaya dipulangkan. Dibayarlah Pohan terutang Rp8,55 juta, Anto Rp7,225 juta. Tapi karena uang mereka kurang jadi ku talangin," katanya.

Setelah semua perhitungan selesai, tiba-tiba Edi kembali didatangi oleh anggota ormas itu. Mereka protes bahwa hitungan pengembalian uang ada selisih.

"Selisih berapa lagi, kan sudah sepakat, si DK juga yang bilang sepakat. Jadi saya pun pulang," katanya.

Namun, saat itu ia diikuti oleh anggota ormas ini sampai rumah. Ketika berada di rumah, Edi dan anggota ormas saling cekcok. Tak lama kemudian, dua karyawannya datang dan terjadilah perkelahian.

Edi tak tinggal diam. Ia mencoba melerai keributan dan mengusir anggota ormas itu. Setelah itu, Edi berpikir anggota ormas akan membuat laporan polisi, sehingga ia menghubungi adiknya Aipda Eko.

Tapi, Edi memutuskan menemui adiknya yang sedang berdinas di Polsek Medan Timur. Di sana, Edi menceritakan kejadian yang barusan dialaminya itu. 

Baca Juga: Polisi Ungkap Fakta Kasus Penembakan di Pospol Panton Reu dan Penembakan Dantim BAIS TNI

Namun, tiba-tiba istri Edi, seorang polwan yang berdinas di Kantor Samsat Putri Hijau bernama Aiptu Surya Ningsih memberi kabar rumahnya diserang puluhan orang. Mendapat kabar itu, Edi bersama adiknya langsung pulang.

"Pukul 21.56 WIB masuk telpon dari istri, bilang di rumah sudah ramai, diserang orang. Gitu mau masuk komplek, saya lihat sudah ramai, padat komplek saya mobil semua penuh," katanya.

Melihat keadaan itu, ia mencoba menepi di jalan komplek rumahnya. Saat itu ia juga mendengar dua kali letusan senjata api.

"Jadi mereka sudah siap merusak rumah. Saya buka kaca mobil saya dengar dua kali letusan senjata api," katanya.

Usai melakukan perusakan, puluhan mobil pelaku keluar dari komplek tempat tinggalnya. Namun, karena seseorang dari mereka mengenai mobil miliknya, anggta ormas itu berhenti dan menyerangnya.

"Terakhir keluar mobil Taft, karena tanda dengan mobil saya, ditunjuk-tunjuklah sama mereka, lalu berhentilah mereka," tuturnya.

Baca Juga: Anas Urbaningrum Instruksikan PKN Daftar Kemenkumham dan Buka Pintu untuk Kubu Moeldoko Bergabung

"Langsung nyerang saya, mobil hancur. Mereka pakai samurai, stik golf macam-macamlah yang dibawanya. Mobil saya hancur, masuk juga tombak ke dalam mobil.”

Edi yang mengaku panik lantas mencoba tancap gas ke arah kompleks. Sementara adiknya yang mengendarai motor di belakangnya turut dikejar para pelaku.

"Saya liat adik saya sudah dikejar pakai kelewang, tidak mungkin saya bantu, karena memang ramai sekali, sekitar 70 orang ada, jadi saya masuk komplek," ucapnya.

Ketika ia berhasil masuk ke dalam komplek, puluhan orang ini langsung pergi dan tidak mengejar lagi. Tetapi, adiknya Aipda Eko sempat terkena bacokan hingga bersimbah darah.

Ia pun langsung melaporkan hal tersebut ke Polsek Medan Helvetia. Namun, Polsek Medan Helvetia melimpahkan kasus tersebut ke Polrestabes Medan.

"Saya liat adik saya udah berdarah semua. Selesai itu buat laporan ke Polsek Helvetia, tapi sudah ditarik ke Polrestabes Medan," katanya.

Penulis : Tito Dirhantoro Editor : Purwanto

Sumber : Tribun Medan


TERBARU