> >

Konflik Orang Rimba dan PT PKM Berlanjut, Diharapkan Penyelesaian Secara Adil

Peristiwa | 9 November 2021, 16:18 WIB
Anggota komunitas Orang Rimba di wilayah Terab, Kabupaten Batanghari, Jambi, menunjukkan tanaman hasil semaiannya, Sabtu (22/5/2021). Mereka banyak bergantung pada alam. (Sumber: Kompas.id/Irma Tambunan)

JAMBI, KOMPAS.TV – Proses penyelesaian konflik antara komunitas adat Orang Rimba dan PT Primatama Kreasi Mas, anak usaha grup Sinar Mas Agro Resources and Technology terus bergulir.  Dalam hal ini, dua warga Orang Rimba telah menyerahkan diri karena telah melukai petugas perusahaan.

Diketahui, Orang Rimba yang semula mengungsi ke hutan akhirnya kembali keluar untuk berdialog dengan aparat dan bersama-sama menyelesaikan konflik.

Salah satu pimpinan adat di wilayah Air Hitam Sarolangun, Tumenggung Melayu Tuha mengatakan, telah meminta anggotanya yang melepaskan tembakan sehingga melukai petugas keamanan perusahaan itu untuk menyerahkan diri kepada aparat penegak hukum.

Dua di antaranya telah menyerahkan diri pada Sabtu lalu. Ia juga sekaligus meminta aparat penegak hukum bertindak adil serta berupaya melihat persoalan ini secara lebih dalam.

”Kami bersedia bertemu dengan rajo (wakil aparat), tolong kami jugo diperhatiko (diperhatikan). Kami mumpa nio karano sumber penghidupon sudah helang (Kami jadi begini karena sumber penghidupan sudah hilang),” terangnya, Senin (8/11/2021), seperti dikutip dari Kompas.id.

Awal mula

Konflik ini berawal dari sejumlah induk (perempun) rimba yang sedang memungut brondolan (remah buah sawit yang terbuang di tanah) didatangi petugas keamanan perusahaan tersebut. Petugas kemudian merampas buah sawit yang sudah dikumpulkan para induk.

Baca Juga: Kisah Orang Rimba Ketakutan Kubur Uang Rp1,5 Miliar Dalam Tanah Usai Ditolak Bank

Tindakan petugas itu membuat induk ketakutan dan berteriak-teriak histeris. Teriakan para induk membuat warga kelompok itu berdatangan. Setibanya di sana, warga yang bermaksud melindungi induk-induk malah dipukuli petugas.

Demi melindungi diri, mereka melepaskan tembakan senjata tradisional yang biasanya digunakan untuk berburu babi ke arah petugas. Tembakan itu melukai tiga satpam.

Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Jambi Komisaris Besar Mulia Prianto menyebutkan, dari tiga warga yang melepaskan tembakan, dua di antaranya telah datang untuk menyerahkan diri kepada pihak kepolisian, yakni berinisial BSL dan BSYG.

Mereka berasal dari kelompok Orang Rimba di wilayah Lubuk Jering, Sarolangun. Keduanya lalu dimintai keterangan penyidik Polda Jambi dan Polres Sarolangun dengan didampingi relawan dari Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi.

Perundingan

Selama proses perundingan, sejumlah warga dari komunitas adat itu terus berdatangan untuk turut menyerahkan senapan tradisional mereka kepada aparat polisi.

Manager Program KKI Warsi, Robert Aritonang mengatakan, Orang Rimba telah menyadari untuk menghormati hukum positif, selain hukum adat yang selama ini mereka taati.

Meski demikian, pihaknya mendorong kepolisian, pemerintah daerah, dan pemerintah pusat untuk bijak menyelesaikan persoalan itu secara menyeluruh.

Aparat penegak hukum juga diharapkan bertindak adil. Tidak hanya memproses hukum warga rimba yang melukai petugas perusahaan, tetapi juga sebaliknya. Petugas yang menganiaya warga rimba, merusak pondok-pondok, dan merusak kendaraan mereka juga ditindak.

Dalam kasus konflik ini, lanjutnya, harus dilihat Orang Rimba sebagai korban yang tergusur ruang hidupnya. ”Konflik ini adalah puncak dari kesengsaraan yang dialami mereka karena ruang hidupnya yang telah berganti menjadi kebun sawit,” tutur Robert Aritonang.

Selain itu, persoalan psikologis yang dialami Orang Rimba juga memerlukan pemulihan. Terutama traumatik yang dialami perempuan dan anak-anak. ”Harus ada jaminan pemulihan keamanan dan jaminan kehidupan yang setara sebagai warga negara,” tegasnya.

Adapun Head of Corporate Communications Sinar Mas Agribusiness and Food Wulan Suling mengatakan, terkait konflik yang terjadi, pihaknya mengupayakan solusi terbaik.

Di sisi internal dilakukan pembenahan khususnya pada petugas keamanan perusahaan. Pembenahan itu bertujuan agar petugas lebih mampu menangani konflik sehingga ke depan diharapkan konflik tak lagi terjadi.

Penulis : Fransisca Natalia Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV/Kompas.id


TERBARU