Pengamat Menilai Unjuk Rasa Mahasiswa Selamatkan Demokrasi dari Cengkeraman Oligarki
Politik | 12 April 2022, 13:30 WIBSebab, kata dia, situasi politik kekuasaan Indonesia saat ini mirip dengan kriteria yang ada dalam buku tersebut.
"Misalnya, bagaimana terjadinya fatefull alliances ketika rezim kekuasaan bersekutu dengan para politikus mapan secara politik dan ekonomi serta beraliansi dengan konglomerasi media," tuturnya.
Bahkan, lanjut dia, dramaturgi memainkan narasi konstitusi dan lembaga demokrasi untuk melanggengkan kekuasaan dengan cara mengkhianati reformasi.
Juga membunuh demokrasi lewat wacana penundaan pemilu dan perpanjangan tiga periode masa jabatan presiden.
Baca Juga: Bakal Demo Besar Tanggal 11 April, BEM SI akan Sampaikan 6 Tuntutan, Termasuk Harga Kebutuhan Pokok
"Pada momentum itulah, gerakan mahasiswa post-milenial 11 April 2022 sangat kuat nilai konsolidasinya bagi upaya penyelamatan demokrasi ,” kata Iqbal.
“Juga 18 tuntutan gerakan mahasiswa yang belum tuntas terjawab oleh Presiden Joko Widodo hingga saat ini adalah spirit perjuangan demonstrasi.”
Menurut dia, unjuk rasa pada 11 April 2022 bukanlah akhir, tapi justru awal bangkitnya konsolidasi untuk menyelamatkan demokrasi dan panjang umur gerakan mahasiswa.
Baca Juga: Disebut jadi Sumber Isu Tiga Periode, Masinton Minta Luhut Tanggung Jawab Atas Aksi Demo 11 April
Sementara menurut pengajar Komunikasi Politik di Universitas Esa Unggul Jamiluddin Ritonga, aksi demo mahasiswa pada 11 April bisa saja ada penyusup yang sengaja masuk di tengah pendemo.
Hal ini agar terkesan para pendemo melakukan kekerasan, yang tidak sejalan dengan demokrasi.
"Padahal, yang melakukan demo itu tidak semua mahasiswa. Karena itu, bisa saja yang melakukan aksi kekeresan itu orang-orang yang disusupkan untuk melakukan kekerasan agar reputasi mahasiswa jatuh," katanya.
Para penyusup itu, kata Jamiluddin, bisa saja agenda dari pihak-pihak yang tidak menghendaki mahasiswa demo. Mereka mendesain tindak kekerasan untuk menciptakan keributan sehingga mengalihkan perhatian dari agenda utama mahasiswa melakukan demo.
"Mahasiswa anti kekerasan, sehingga tidak akan melakukannya dalam aksi demo. Mahasiswa tahu demokrasi tidak menghendaki kekerasan. Karena itu, mahasiswa pastinya menjauhi segala bentuk kekerasan saat mereka memperjuangkan demokrasi.
Penulis : Tito Dirhantoro Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV/Antara