> >

Potensi Hujan Lebat, BMKG Imbau Warga Cilacap dan Sekitarnya Waspada Bencana Hidrometeorologi

Peristiwa | 14 Agustus 2022, 13:50 WIB
Foto ilustrasi hujan deras. Hujan lebat diperkirakan masih berpotensi terjadi di beberapa daerah di Jawa Tengah dalam beberapa hari ke depan dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) imbau waspadai potensi bencana hidrometeorologi. (Sumber: Tribunnews.com)

PURWOKERTO, KOMPAS.TV – Hujan lebat diperkirakan masih berpotensi terjadi di beberapa daerah di Jawa Tengah dalam beberapa hari ke depan dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) imbau waspadai potensi bencana hidrometeorologi.

Penjelasan itu disampaikan oleh Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi (Stamet) Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo saat dihubungi dari Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Minggu (14/8/2022).

BMKG mengimbau warga Jawa Tengah bagian selatan khususnya Kabupaten Cilacap, Banyumas, dan sekitarnya untuk mewaspadai potensi terjadinya bencana hidrometeorologi.

"Hal ini disebabkan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat diprakirakan masih berpotensi terjadi dalam beberapa hari ke depan," kata dia, dikutip Antara.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Minggu 14 Agustus, Diguyur Hujan Siang hingga Malam

Teguh mengatakan, pihaknya telah menerbitkan prakiraan cuaca berbasis dampak hujan lebat untuk wilayah Kabupate Cilacap, Banyumas, serta Kebumen yang berlaku hingga Senin (15/8), pukul 07.00 WIB, dan akan diperbarui jika ada perkembangan lebih lanjut.

Ia menjelaskan, sebanyak lebih dari 20 kecamatan di tiga abupaten berstatus waspada.

Dalam hal ini, wilayah Kabupaten Cilacap yang berstatus waspada meliputi Kecamatan Cipari, Cimanggu, Wanareja, Majenang, Karangpucung, dan Nusawungu.

Sedangkan wilayah Kabupaten Banyumas yang berstatus waspada terdiri atas Kecamatan Gumelar, Pekuncen, Cilongok, Kemranjen, Sumpiuh, dan Tambak.

Sementara wilayah berstatus waspada di Kabupaten Kebumen meliputi Kecamatan Rowokele, Ayah, Adimulyo, Kuwarasan, Karanganyar, Gombong, Karanggayam, Karangsambung, Alian, Pejagoan, Sruweng, Kebumen, Poncowarno, Klirong, dan Petanahan.

"Dampak hujan lebat bisa mengakibatkan bencana alam seperti banjir, tanah longsor, angin kencang, dan sambaran petir," katanya menjelaskan.

Terkait dengan hal itu, Teguh mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan waspada jika terjadi hujan lebat serta berbagi informasi dengan tetangga di sekitar rumah.

Ia juga mengimbau masyarakat berhati-hati jika beraktivitas di luar rumah, serta memperbarui informasi melalui media massa maupun media sosial termasuk mencari informasi melalui pihak-pihak terkait kebencanaan.

"Jika tidak ada keperluan mendesak, sebaiknya tidak beraktivitas di luar rumah.”

“Amankan dokumen-dokumen penting termasuk mengondisikan barang-barang agar aman dari bencana dan jangan lupa berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait kebencanaan," katanya.

Teguh menambahkan, berdasarkan analisis terhadap dinamika atmosfer pada hari Minggu (14/8), indeks Enso di Nino 3.4 masih bernilai negatif 0,57 sehingga berpengaruh signifikan terhadap peningkatan hujan harian di wilayah Indonesia.

"Normalnya indeks Enso sebesar kurang lebih 0,5," katanya.

Selain itu, lanjut dia, Dipole Mode Index (DMI) bernilai negatif 0,80 yang berdampak terhadap suplai uap air dari wilayah Samudra Hindia ke wilayah Indonesia bagian barat menjadi signifikan.

Dengan demikian, aktivitas pembentukan awan di wilayah Indonesia bagian barat pun menjadi signifikan.

Dipole Mode merupakan fenomena interaksi laut dengan atmosfer di Samudra Hindia yang dihitung berdasarkan perbedaan nilai atau selisih suhu permukaan laut antara pantai timur Afrika dan pantai barat Sumatra.

Baca Juga: 2 Pria Tersambar Petir saat Terima Telepon kala Berteduh dari Hujan, Sempat Terpental ke Selokan

"Perbedaaan nilai anomali suhu permukaan laut itu disebut sebagai Dipole Mode Index (DMI). DMI dianggap normal ketika nilainya kurang lebih 0,4," kata Teguh.

Selain itu, kata dia, saat sekarang terjadi gelombang atmosfer berupa Rossby Equator di Sumatra bagian selatan, Jawa, Bali, dan Kepulauan Nusa Tenggara.

Hujan yang terjadi selama beberapa hari terakhir, kata dia, juga disebabkan oleh anomali suhu permukaan laut lebih panas 1-3 derajat Celcius.

Sehingga ada potensi penambahan penguapan di Selat Malaka, Samudra Hindia barat Sumatra, Laut Natuna, Selat Karimata, Selat Sunda, Laut Jawa, Selat Madura, dan Laut Bali.

Kemudian di Samudra Hindia selatan Jawa hingga Nusa Tenggara Timur, Laut Flores, Selat Makassar, Laut Sulawesi, Teluk Tomini, Teluk Bone, Laut Maluku, Laut Seram, Laut Banda, Laut Sawu, Laut Timor, Laut Arafuru, Laut Halmahera, Teluk Cendrawasih, dan Samudra Pasifik utara Papua.

"Berdasarkan indeks-indeks tersebut diprakirakan masih ada potensi hujan dalam beberapa hari ke depan," tandas Teguh.

Penulis : Kurniawan Eka Mulyana Editor : Gading-Persada

Sumber : Antara


TERBARU