> >

Polemik Air Bersih di Gili Trawangan, Warga: Tadinya Kami Antusias Sekali PDAM Masuk, Ternyata ...

Peristiwa | 29 September 2022, 06:10 WIB
Ilustrasi situasi dermaga pelabuhan Gili Trawangan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, Rabu (28/9/2022). (Sumber: Kompas.tv/Vyara)

GILI TRAWANGAN, KOMPAS.TV – Kisruh polemik penyediaan air bersih di pulau wisata Gili Trawangan di Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB), belum usai. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Amerta Dayan Gunung dari Kabupaten Lombok Utara yang baru beroperasi menyuplai kebutuhan air bersih di Gili Trawangan, kembali mendapat tentangan dan protes dari warga. 

Pasalnya, PDAM menetapkan tarif air yang lebih mahal ketimbang tarif air yang dipatok PT Berkat Air Laut (BAL), perusahaan swasta penyuplai air bersih yang sejak 2011 beroperasi di Gili Trawangan. Pemasangan meter air pun dibanderol PDAM dengan harga mahal, mulai Rp5,3 juta berdasarkan ukuran diameter pipa.

Padahal, warga Gili Trawangan telah memiliki meter air dan pipa distribusi air bersih, karena selama ini berlangganan air bersih dari PT BAL. 

“Sepanjang yang masyarakat tahu, kalau PDAM yang menyalurkan air, seharusnya biayanya lebih murah. Begitu juga dengan pemasangan meter airnya. Tapi ini kenapa justru lebih mahal? Apalagi masyarakat juga sudah berlangganan air dengan PT BAL. Biaya ini membebani masyarakat,” ujar H Taufik, warga setempat, dalam pertemuan sosialisasi PDAM Amerta Dayan Gunung di kantor Dusun Gili Trawangan, Desa Gili Indah, Lombok Utara, NTB, Rabu (28/9/2022).

Baca Juga: Pasokan Air Tawar di Gili Trawangan Diputus sejak Semalam, Ratusan Wisatawan Batalkan Kunjungan

Mantan Kepala Desa Gili Indah ini juga mempermasalahkan tarif air PDAM di Gili Trawangan yang disebutnya sangat jomplang dengan tarif air PDAM di Gili Air, pulau yang termasuk dalam kawasan wisata Gili Tramena (Trawangan, Meno, dan Air) yang terletak paling dekat dengan Pulau Lombok.

“Di Gili Air, tarif air PDAM untuk kategori rumah tangga berkisar Rp2.500 – Rp10.000 per meter kubik (m3),” ujarnya. 

Suasana sosialisasi penyediaan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Amerta Dayang Gunung dari Kabupaten Lombok Utara pada warga setempat di kantor Dusun Gili Trawangan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, Rabu (28/9/2022). (Sumber: Kompas.tv/Vyara)

Warga lainnya pula mengutarakan pendapat senada.

“Harga meter air ini keterlaluan. Padahal, awalnya kami sangat antusias sekali mendengar rencana PDAM akan masuk Gili Trawangan. Kami begitu berharap sekali, dengan PDAM masuk, tarif air akan lebih murah. Tapi ternyata…,” tutur Kule Inaba, seorang warga Gili Trawangan, 

Diketahui, PDAM yang bekerja sama dengan PT  Tiara Cipta Nirwana (TCN) mematok tarif air per m3 mulai Rp34.000 untuk kategori sosial seperti masjid dan musala, Rp35.000 untuk kategori rumah tangga, hingga Rp37.000 untuk kategori niaga atau bisnis.

Baca Juga: Heboh Catcalling Gili Trawangan, Warga Ungkap Pengalaman Serupa: Saya Diludahi, Ujungnya Baku Hantam

Sementara, PT BAL yang bekerja sama dengan Badan Usaha Milik Daerah Pemprov NTB, PT Gerbang NTB Emas (GNE), memberlakukan tarif yang berbeda.

Untuk biaya penyambungan atau pemasangan pipa, dikenakan tarif Rp2 juta. Tarif air per m3 untuk kategori sosial yang mencakup masjid dan mushala, dikenakan cuma-cuma alias gratis. Tarif untuk kategori rumah tangga dipatok di harga Rp18.000 per m3. Sementara untuk kategori bisnis atau komersial yang semula dipatok dengan tarif Rp46.500 dan sempat didiskon pada masa pandemi jadi Rp41.500, sejak Mei 2022 mengalami penyesuaian tarif dan dijual dengan harga Rp37.000 per m3.

“Dulu waktu membayar pemasangan meter PT BAL, kami tanda tangan di atas materai Rp6.000, tapi sekarang saat kami sudah punya meter air, kenapa masih disuruh bayar ini itu pasang meter lagi?” ujar Kule mempertanyakan kebijakan tarif pemasangan meter air baru dari PDAM yang dinilainya sangat mahal.

Biaya pemasangan meter dan tarif air yang lebih mahal

Terkait biaya pemasangan meter air yang dinilai mahal, pihak PDAM pun angkat bicara.

“Kenapa di Gili Air, tarif airnya lebih murah? Karena di sana, kita masih pakai pipa (untuk mengalirkan) air gunung, bukan produksi. Di Gili Trawangan, kita menggunakan air laut langsung, dan butuh biaya produksi untuk mengolah air laut. Biaya listrik, juga biaya bahan kimia dan sebagainya,” papar Malik Achmad Aljabar, asisten manajer keuangan PDAM Amerta Dayan Gunung pada warga yang menghadiri sosialisasi di Kantor Dusun Gili Trawangan.

Baca Juga: Tak Mau Dicurigai Masyarakat, Pemprov NTB Gandeng KPK Tertibkan Aset Daerah di Gili Trawangan

PDAM klaim air produksi PT BAL kurang layak konsumsi

Pihak PDAM juga mengeklaim air yang diproduksinya layak diminum, dan menyebut air yang diproduksi PT BAL kurang layak dikonsumsi.

“Air yang kami produksi itu layak dikonsumsi, bisa langsung diminum, tidak seperti air PT BAL yang kurang layak dikonsumsi,” ujar Malik.

Terkait klaim itu, Direktur Utama PT BAL John Matheson membantahnya. 

“Tidak benar itu,” kata John Matheson dalam pesan singkat kepada Kompas.tv, Rabu (28/9).

“Seminggu lalu kondisinya justru kebalikannya, pH air mereka terlalu rendah untuk standar air minum, tapi tampaknya mereka sudah memperbaikinya sekarang,” imbuhnya merujuk satuan ukuran keasaman air. 

PH, atau Potential of Hydrogen, merupakan derajat keasaman yang digunakan untuk mengukur tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki suatu larutan. Adapun nilai pH air minum yang biasa dikonsumsi, umumnya mendekati angka 7. Angka tersebut dianggap netral atau seimbang karena tidak terlalu asam dan tidak pula terlalu basa. 

“Tingkat pH standar adalah antara 6,5 – 8, paling bagus sekitar 7,2,” terang John.

“Selama beberapa bulan pertama, (tingkat pH) air mereka (PDAM) justru di bawah 6,” imbuhnya.

Polemik Air Bersih di Gili Trawangan

Sama seperti sebagian besar warga Gili Trawangan, Kule menilai kisruh penyediaan pelayanan air bersih di Gili Trawangan sebagai sesuatu yang tak perlu terjadi, yang justru mengorbankan masyarakat.

“PDAM dan PT BAL ini kenapa harus berkonflik? Kalau PDAM (mau memonopoli penyediaan air), kenapa PDAM tidak bayar saja itu meter punya PT BAL, supaya masyarakat di bawah tidak bergejolak? Kenapa malah kami yang harus keluarkan biaya untuk ini itu?!” protesnya.

Pendapat senada juga disuarakan Marianna, warga Gili Trawangan lainnya. Ia juga mempertanyakan kabar yang menyebut bahwa PT BAL akan berhenti beroperasi pada 15 Oktober mendatang.

“Sudah jelas masyarakat tidak mampu beli meter air. Kenapa PT BAL harus tutup? Kenapa PDAM takut bersaing? Biarkan saja dua-duanya beroperasi, PT BAL dan PDAM, biar mereka bersaing secara sehat menyediakan air bersih, dan biarkan masyarakat memilih mana yang terbaik yang mereka mau,” pungkasnya.
 

 

Penulis : Vyara Lestari Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU