> >

Literasi dan Hidup Maman Suherman di dalamnya

Gaya hidup | 21 Februari 2023, 14:00 WIB
Maman Suherman memiliki makna mendalam untuk literasi. (Sumber: Gramedia.com)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Literasi adalah kemampuan untuk membuka jendela pengetahuan. Komponennya pun terdiri dari aktivitas yang telah diajarkan sejak duduk di bangku sekolah dasar, yaitu membaca, menulis, dan mendengarkan.

Komponen tersebut merupakan pondasi utama yang harus dimiliki oleh seseorang. Pasalnya, melalui kemampuan itu, kita bisa mengembangkan diri untuk meraih cita-cita. Begitu pula dengan Maman Suherman. 

Dalam siniar Beginu episode “Maman Suherman, Insan yang Berpustaka” melalui tautan dik.si/BeginuMamanP1, Kang Maman mengaku sangat terbantu untuk menjembatani anak-anak yang masih awam dengan pengetahuan baru.

Mengenalkan Isu Kekerasan Seksual di Pesantren

Kang Maman dikenal sebagai penulis duologi novel, yaitu Re: dan PeREmpuan. Kedua novelnya ini merupakan alih wahana skripsinya yang membahas isu kekerasan seksual. Melalui bukunya, ia mengaku bisa menjelaskan isu ini kepada siswa-siswa di pesantren.

Baca Juga: Foto Jurnalistik: Sebuah Cara Menulis dengan Cahaya

Pria lulusan Kriminologi UI ini pun menambahkan, “Jadi, dengan berdialog. (Saya) mengajak siswa-siswa, santri-santri berani berbicara kalau melihat sesuatu yang dianggap siapa pun pasti tak setuju dengan hal ini (kekerasan seksual).”

Menurutnya, jika dilakukan secara frontal, topik sensitif ini akan sulit berterima di lingkungan pesantren yang cenderung masih tertutup. Kang Maman pun menyiasatinya dengan melakukan bedah buku dan memberikan pesan atau nilai-nilai yang terdapat dalam bukunya tersebut.

Harapannya pun tak muluk-muluk, ia hanya ingin agar semua orang bisa saling menghargai. Jadi, meski belum ada kemampuan untuk membantu, melalui literasi orang-orang diharapkan lebih peduli terhadap kehidupan orang-orang di sekitar, khususnya kaum minoritas seperti PSK.

Buku, Kenangan Masa Lalu, dan Asa Masa Kini

Bagi Kang Maman, buku memiliki makna yang sangat mendalam. Semasa kecil, ia adalah anak kecil yang tak mampu membeli buku. Bahkan, ia pun tak luput dari ejekan teman-temannya. Tak menyerah, Maman kecil pun berupaya menjual es lilin untuk bisa membeli buku.

Dari situ, ia pun memiliki harapan; jangan sampai ada orang yang bernasib sama seperti dirinya. Sayangnya, tak semua wilayah beruntung mendapat akses yang mudah. Saat sedang mengikuti gerakan literasi ke seluruh Indonesia, ia bertemu dengan anak asal Sulawesi yang menatap nanar teman-temannya.

Penulis : Ristiana D Putri Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU