> >

Nikmati Keanggunan Bunga Amarilis Mekar Tiap Tahun di Gunungkidul, Cocok untuk Selfi

Jawa tengah dan diy | 3 Desember 2023, 09:53 WIB
Seorang pengunjung di antara kuntum-kuntum bunga Amarilis yang bermekaran di Desa Salam, Kelurahan Ngasemayu, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, Sabtu (2/12/2023). (Sumber: Kompas.TV/Kurniawan Eka Mulyana)

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV – Keanggunan rutin tahunan bunga Amarilis yang bermekaran di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, kembali dapat dinikmati dan mencapai puncaknya.

Empat perempuan muda berswafoto atau selfi di antara kuntum-kuntum bunga Amarilis yang bermekaran di Desa Salam, Kelurahan Ngasemayu, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul.

Mereka tampil dengan berbagai pose, tawa renyah dan deretan gigi putih.

Sesekali mereka berdiam diri, menunggu gumpalan mendung yang menutupi sinar matahari beranjak pergi.

Lalu, berlatar belakang warna oranye cerah bunga-bunga, mereka bergaya lagi di depan kamera.

Rupanya, bukan hanya keempat gadis belia itu, puluhan pengunjung kebun bunga ini juga melakukan hal yang sama.

Mulai berswafoto bersama pasangan hingga saling memotret dengan anak-anaknya.

Tak peduli alas kaki yang mulai terasa lengket dengan tanah jalan setapak karena basah tersiram air hujan.

Mereka tetap berjalan, menapaki sudut demi sudut, berpindah dari satu titik ke titik lainnya untuk mencari spot-spot indah dan diabadikan.

Siang itu, Sabtu (2/12/2023), cuaca di kawasan tersebut cukup cerah meski mendung sesekali melintas menghalangi cahaya matahari.

Pengunjung berpose di antara bunga Amarilis yang bermekaran di Desa Salam, Kelurahan Ngasemayu, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, sabtu (2/12/2023). (Sumber: Kompas.TV/Kurniawan Eka Mulyana)

Ribuan kuntum bunga Amarilis yang sejak beberapa tahun terakhir menjadi daya tarik tempat itu pun telah mekar sejak beberapa waktu lalu, dan kini menuju puncaknya.

Mustakim Joni Mustofa, anak pertama Sukadi pemilik kebun bunga Amarilis menceritakan bahwa setiap tahun tempat tinggalnya didatangi ribuan orang.

Kuntum-kuntum bunga Amarilis biasanya mekar saat musim hujan, tahun-tahun sebelumnya kembang itu bermekaran sekitar Bulan Oktober dan mencapai puncaknya pada November.

Tapi, akibat dampak El Nino, tahun ini keanggunannya baru terlihat sejak menjelang akhir November, dan diperkirakan akan layu pada pekan pertama Desember.

“Tapi tahun ini karena pengaruh El Nino, biasanya Oktober-November, sekarang mekarnya November-Desember,” kata Joni, sapaan akrabnya.

“Bunga ini pada dasarnya suka air hujan, tapi tidak terlalu suka air biasa, kalau kena air hujan dalam waktu dua minggu bunganya sudah mengembang,” katanya.

Joni memperkirakan puncak mekarnya bunga-bunga itu akan terjadi pada tanggal 5 hingga 10 Desember mendatang.

“Puncaknya mungkin ini tangggal 5 sampai 10 Desember,” ucapnya.

Batang pohon Amarilis yang terkena banyak siraman air hujan dapat tumbuh hingga mencapai 80 sentimeter.

Tapi yang kurang terkena hujan hanya tumbuh mencapai sekitar 40 hingga 50 sentimeter.

Mekar di Lahan Seluas 3.800 Meter

Sang ayah, Sukadi, menanam pohon Amarilis tersebut sejak tahun 2002, di atas lahan seluas kurang lebih 3.800 meter persegi.

Dulunya, tumbuhan ini merupakan gulma atau hama yang merugikan masyarakat. 

Karena tumbuh di ladang dan mengganggu pertumbuhan tanaman pangan yang sengaja dibudidayakan.

Joni menyebut tumbuhan Amarilis menyerap nutrisi dari pupuk yang ditujukan untuk tanaman pangan seperti jagung, kedelai, dan kacang.

“Gulma. Itu kan dulu tumbuhnya di kebun, di ladang, nah kan di situ banyak petani menanam jagung, kedelai, kacang, dll. Bunga ini menyerap nutrisi dari pupuk-pupuk mereka,” tuturnya.

Seperti juga tumbuhan gulma lainnya, Amarilis sangat mudah untuk tumbuh dan berkembang biak. Bahkan, dalam sekali menanam, Amarilis dapat bertahan hidup hingga puluhan tahun.

Umbi dari tumbuhan itu akan berkembang biak dan bertahan hidup, kemudian bunganya bermekaran saat musim hujan tiba.

Joni anak dari sukadi pemilik kebun bunga Amarilis di Desa Salam, Kelurahan Ngasemayu, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, menunjukkan umbi tanaman tersebut, Sabtu (2/12/2023). (Sumber: Kompas.TV/Kurniawan Eka Mulyana)

“Bunga ini ditanam sekali, sampai puluhan tahun. Jadi di sini tidak perlu diganti, umbinya akan bertahan hidup dan berkembang biak,” tambahnya.

Sang ayah, kata Joni, menanami 20 ton umbi Amarilis di lahan tersebut, dan hanya pernah diganti sebanyak satu kali, yakni pada tahun 2015 lalu.

Kala itu, saat mekarnya bunga-bunga menjadi viral, sejumlah pengunjung yang datang berfoto hingga menginjak-injak pohon yang ada.

Akibatnya, tanaman Amarilis miliknya menjadi rusak dan ia harus menanam ulang. Jumlah yang ditanam sekitar 500 ribu umbi.

Penulis : Kurniawan Eka Mulyana Editor : Deni-Muliya

Sumber : Kompas TV


TERBARU