> >

Peringatan Dini BMKG 17-19 Januari: Waspada Gelombang Tinggi di Selat Bali dan Lombok

Bali nusa tenggara | 17 Januari 2024, 06:00 WIB
Ilustrasi: logo BMKG. (Sumber: BMKG)

BALI KOMPAS.TV - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Denpasar memberikan peringatan dini kepada masyarakat terkait potensi gelombang laut di Selat Bali dan Selat Lombok yang dapat mencapai ketinggian sekitar 2,5 meter pada periode 17-19 Januari 2024. 

Kepala BBMKG Wilayah III Denpasar, Cahyo Nugroho, mengajak masyarakat umum, nelayan, dan pelaku kegiatan wisata untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi gelombang tinggi.

“Masyarakat umum, nelayan, dan pelaku kegiatan wisata bahari, waspadai potensi gelombang tinggi,” kata Kepala BBMKG Wilayah III Denpasar Cahyo Nugroho di Denpasar, Bali, Selasa (16/1/2024).

Prakiraan dari BMKG Denpasar menunjukkan adanya kecepatan angin hingga 20 knot atau sekitar 37 kilometer per jam yang bergerak dari arah barat daya-barat laut. 

Pengguna perahu nelayan diingatkan untuk memperhatikan kecepatan angin lebih dari 15 knot dan tinggi gelombang di atas 1,25 meter. 

Sementara operator kapal tongkang diminta waspada saat angin berkecepatan lebih dari 16 knot dan tinggi gelombang di atas 1,5 meter. Operator kapal feri disarankan untuk tetap waspada jika kecepatan angin melebihi 21 knot dan tinggi gelombang di atas 2,5 meter.

Cahyo juga memperingatkan masyarakat terhadap potensi hujan yang dapat disertai kilat dan angin kencang berdurasi singkat di sebagian besar wilayah Bali. 

Kondisi ini dipengaruhi oleh indeks El Nino Osilasi Selatan (ENSO) yang mencapai plus 1,45, meskipun mengalami penurunan dari level moderat pada tanggal 9 Januari.

Baca Juga: Resmi dari BMKG, Ini Prakiraan Daerah yang Berpotensi Banjir pada Dasarian II Januari 2024

Meski demikian, BMKG menegaskan bahwa indeks ENSO tersebut tidak signifikan terhadap peningkatan hujan di Tanah Air. 

BMKG juga menjelaskan bahwa El Nino mengindikasikan suhu permukaan laut di Samudera Pasifik bagian timur dan tengah yang lebih panas dari normal, sementara wilayah Pasifik barat dan perairan Indonesia mengalami penurunan suhu.

Sebelumnya BMKG menyebut puncak musim hujan diperkirakan akan terjadi hingga Februari 2024, masyarakat diminta agar tetap waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menyoroti kemungkinan cuaca ekstrem, termasuk potensi hujan lebat, angin kencang, dan gelombang tinggi, yang masih tinggi terjadi di berbagai wilayah Indonesia.

Kata Dwikorita, terdapat setidaknya tiga penyebab utama terjadinya cuaca ekstrem. Pertama, aktivitas Monsun Asia yang menunjukkan peningkatan signifikan dalam beberapa hari terakhir. 

Keadaan ini berpotensi disertai dengan fenomena seruakan dingin yang dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sebagian besar wilayah Indonesia.

Faktor kedua adalah adanya daerah tekanan rendah yang terpantau di sekitar Laut Timor, Teluk Carpentaria, dan Samudra Hindia barat Sumatera. Daerah ini dapat memicu terbentuknya pola pumpunan dan perlambatan kecepatan angin di wilayah Indonesia bagian barat dan selatan ekuator. 

Dampaknya mencakup peningkatan potensi pertumbuhan awan hujan dan angin kencang di Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, dan Sulawesi bagian selatan, dengan dampak pada peningkatan gelombang tinggi di sekitar perairannya.

 

Faktor ketiga adalah aktivitas gelombang atmosfer, khususnya fenomena Madden Julian Oscillation (MJO), yang menunjukkan kondisi signifikan dalam meningkatkan pertumbuhan awan hujan dan potensi cuaca ekstrem dalam satu minggu ke depan. 

MJO terbentuk bersamaan dengan aktifnya gelombang Rossby Ekuatorial, yang dapat meningkatkan aktivitas konvektif dan pembentukan pola sirkulasi siklonik di wilayah Indonesia.

"Masyarakat harus senantiasa waspada terhadap potensi cuaca ekstrem berupa hujan sedang hingga lebat yang disertai dengan kilat atau petir dan angin kencang hingga sepekan kedepan," kata Dwikorita di Jakart pada, Senin (15/1/2024).

Baca Juga: Peringatan Dini BMKG Hari Ini, 29 Wilayah Berpotensi Alami Cuaca Ekstrem

Penulis : Kiki Luqman Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU