> >

Aksi "Gejayan Memanggil Kembali" Digelar Hari Ini, Soroti Isu Praktik Pemilu Kotor dan Intimidasi

Jawa tengah dan diy | 12 Februari 2024, 12:38 WIB
Demo Gejayan Memanggil di pertigaan Colombo Jalan Affandi, Senin (23/9/2019) (Sumber: Kompas TV/Nurul Fitriana)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Aksi "Gejayan Memanggil" kembali digelar hari ini Senin (12/2/2024) pukul 13.00 WIB. Kegiatan ini akan mengumpulkan peserta di Bunderan UGM (Universitas Gajah Mada), Yogyakarta, yang akan melakukan long march menuju Perempatan Gejayan, yang berjarak sekitar 2-3 kilometer dari titik kumpul.

Aksi ini bertujuan untuk menyampaikan aspirasi terkait praktik pemilu, pembangunan, hingga kemiskinan.

"Praktik-praktik pemilu kotor dipertontonkan secara telanjang oleh Jokowi, para calon pemimpin, maupun partai-partai pengusung. Dengan turut serta menggandeng sejumlah tokoh masyarakat, mereka menipu hingga mengintimidasi rakyat," tulis rilis Gejayan Memanggil dalam Instagram-nya.

Baca Juga: Tidak Dapat Surat Undangan Pemilu 2024, Apakah Bisa Mencoblos? Ini Kata KPU

"Di sisi lain, pengelolaan pembangunan semakin amburadul, kemiskinan rakyat tak pernah diatasi, ruang hidup terampas, dan pendidikan semakin mahal. Pelanggaran HAM juga tidak pernah selesai, bahkan terus bertambah," lanjutnya.

Sebelumnya film dokumenter yang mengungkap penggunaan kekuasaan dalam pemilu Indonesia "Dirty Vote" telah tayang di kanal YouTube. Film ini telah menembus lebih dari 6 juta tayangan menurut pantauan dari Kompas.TV yang merangkum dari tiga kanal penayangan.

Dokumenter ini dibawakan oleh tiga ahli hukum tata negara, Bivitri Susanti, Feri Amsari, dan Zainal Arifin Mochtar, yang mendalami dan mengungkapkan dugaan penggunaan instrumen kekuasaan dalam pemilu yang dinilai merusak tatanan demokrasi di Indonesia.

Baca Juga: Begini Situasi Pemilu 2024 Bagi WNI yang Berada di Jepang, Rusia dan Mumbai

Bivitri Susanti menyampaikan bahwa film ini bukan sekadar dokumentasi, melainkan rekaman sejarah yang mengkritik rusaknya demokrasi di Indonesia.

"(Film) bercerita tentang dua hal. Pertama, tentang demokrasi yang tak bisa dimaknai sebatas terlaksananya pemilu, tapi bagaimana pemilu berlangsung," kata dia dalam keterangannya, Minggu.

Penulis : Danang Suryo Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU