> >

Kasus Bayi Meninggal Pascaimunisasi di Sukabumi: Begini Kronologi dan Rekomendasi Komnas KIPI

Jawa barat | 30 Juni 2024, 19:36 WIB
Ilustrasi pemberian imunisasi dasar pada bayi. Komnas KIPI terkait kematian bayi laki-laki, MKA pascaimunisasi di Sukabumi, Jawa Barat. Sumber: SHUTTERSTOCK/Atiwat Witthayanurut)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Komisi Nasional Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (Komnas KIPI) merespons terkait kematian bayi laki-laki, MKA pasca-imunisasi di Sukabumi, Jawa Barat.

Sebagai informasi, bayi tersebut dilaporkan meninggal pada 11 Juni 2024 lalu. Ia meninggal beberapa jam setelah mendapatkan imunisasi ganda, yakni dengan empat jenis vaksin.

Vaksi tersebut yakni Bacille Calmette-Guerin (BCG) untuk penyakit tuberkulosis (TB), Difteri-Pertusis-Tetanus-Hepatitis B-Haemophilus Influenzae Type B (DPT-HB-Hib), Polio tetes dan Rotavirus untuk pencegahan diare.

Terkait laporan kematian bayi tersebut, Komnas KIPI merekomendasikan untuk autopsi terhadap jenazah bayi tersebut.

Ketua Komnas KIPI, Prof Hindra S menyebut, rekomendasi tersebut berdasarkan proses audit KIPI yang telah dilakukan bersama Komda KIPI Jawa Barat.

“Audit KIPI telah dilakukan bersama Komda KIPI Jawa Barat dan Komnas KIPI. Hasil audit berdasarkan informasi yang ada adalah belum dapat dinyatakan penyebab kematian, apakah ada hubungan dengan imunisasi, rekomendasinya adalah dilakukan autopsi,” kata Hindra, Minggu (30/6/2024).

Adapun hasil audit tersebut telah disampaikan kepada keluarga korban.

Meski demikian, ia menyebut keluarga korban tidak berkenan untuk dilakukan autopsi kepada bayi tersebut. Hal ini menyusul pihak keluarga yang juga mencabut tuntutan polisi dan kuasa hukum.

“Keluarga tidak berkenan untuk dilakukan autopsi dan mencabut tuntutan polisi dan kuasa hukum. Pihak keluarga menyatakan menerima kematian almarhum Bayi MKA,” jelasnya, dikutip dari laman Kemenkes.

Baca Juga: Update Dinkes Soal Bayi Meninggal Usai Imunisasi

BPOM Uji Sampel Vaksin

Hindra menyebut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah mengambil sampel vaksin yang disuntikkan kepada korban.

Menurut penjelasannya, pengambilan sampel vaksin tersebut dilakukan untuk menilai kualitas vaksin.

Penulis : Isnaya Helmi Editor : Deni-Muliya

Sumber : Kompas TV/Laman Kemenkes.


TERBARU