> >

Mengenal Lebaran Ketupat, Tradisi Syawalan yang Digelar Seminggu setelah Hari Raya Idulfitri

Khazanah | 29 April 2023, 12:58 WIB
Ketupat sebanyak 1.000 buah dan sayur-mayur diusung dalam acara Lebaran Ketupat di Makam Batu Layar, Lombok Barat. (Sumber: Kompas.com)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Satu pekan setelah Hari Raya Idulfitri atau sekitar tanggal 8 Syawal, masyarakat di sejumlah daerah akan merayakan Lebaran Ketupat.

Tradisi Lebaran Ketupat diselenggarakan pada hari kedelapan bulan Syawal setelah menyelesaikan puasa Syawal selama 6 hari, sesuai sunah Nabi Muhammad.

Dilansir NU Online, Lebaran Ketupat menjadi salah satu simbol kebersamaan. Umumnya, masyarakat akan menata ketupat ke dalam wadah dan membawanya ke tempat berkumpul. 

Baca Juga: Rayakan Lebaran Ketupat, Warga Masak Ratusan Nasi Bambu

Setelah berkumpul, masyarakat akan melakukan doa bersama, kemudian menyantap ketupat yang telah dipotong, bersama sambal goreng dan bubuk kedelai.

Filosofi Ketupat

Kata ketupat atau kupat berasal dari bahasa Jawa yakni “ngaku lepat” atau mengakui kesalahan. Dalam masyarakat Jawa, mengakui kesalahan biasanya dilakukan dengan sungkeman.

Sungkeman dilakukan dengan bersimpuh dan memohon maaf di hadapan orang tua. Hal ini menandakan pentingnya penghormatan anak terhadap orang tua.

Berkaitan dengan hal tersebut, ketupat menjadi simbol “maaf” bagi masyarakat Jawa. Tak heran, hari raya Idulfitri maupun Lebaran Ketupat identik dengan makanan tersebut.

Baca Juga: Pemula Merapat! Ini Tips Bikin Ketupat Khas Lebaran agar Pulen dan Tidak Buyar

Sejarah Lebaran Ketupat

Lebaran Ketupat erat kaitannya dengan Sunan Kalijaga, salah satu Wali Songo. Masyarakat Jawa percaya, Sunan Kalijaga merupakan sosok yang pertama kali memperkenalkan ketupat ke masyarakat.

Penulis : Fiqih Rahmawati Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : NU Online


TERBARU