> >

Waketum MUI Sarankan Jemaah Haji Lansia dan Berisiko Tinggi Ikuti Skema Murur demi Keselamatan

Beranda islami | 13 Juni 2024, 04:08 WIB
Jemaah haji berdoa di Jabal Rahmah di Padang Arafah di dekat Kota Makkah, Arab Saudi, saat pelaksanaan ibadah haji, Selasa, 27 Juni 2023. (Sumber: AP Photo/Amr Nabil)

 

MAKKAH, KOMPAS.TV - Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Anwar Abbas menyarankan jemaah haji lansia dan risti (jemaah dengan risiko tinggi) menggunakan skema murur, demi keselamatan.

 

Dalam skema murur, jemaah haji berangkat dari Arafah kemudian langsung ke Mina, dan mabit di Muzdalifah.

Buya Anwar yang juga Naib Amirul Hajj 1445 H/2024 M, menilai pilihan tersebut tepat untuk keselamatan jemaah lansia dan risti.

Menurutnya, pilihan mabit di Muzdalifah dengan skema murur, patut menjadi pilihan karena bertujuan menjaga keselamatan diri.

“Saya tahun 2008 haji, tahun 2019 haji, tempat di sini (Muzdalifah, red) masih luas, sehingga kalau mobil (bus) parkir di sini meskipun sempit-sempit tapi mampulah menampung. Tapi sekarang banyak bangunan, di sini ada dibangun toilet,” ungkap Anwar usai meninjau kesiapan sarana dan prasarana di Arafah, Muzdalifah, dan Mina bersama Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dan para Amirul Hajj, Selasa (11/6/2024).

“Kesimpulan saya, impossible (mustahil) mobil yang datang dari Arafah berhenti di sini semua, tidak akan tertampung. Sehingga diperlukan ijtihad ulama, dan Majelis Ulama Indonesia sudah membuat fatwa."

"Artinya, jemaah tertentu yang sakit dan berisiko tinggi, untuk keselamatan mereka, lebih baik lanjut ke Mina, dan berangkat jam 19.00 malam,” sambungnya, dikutip dari laman resmi Kementerian Agama (Kemenag).

Baca Juga: Jelang Puncak Haji, Menag Cek Kesiapan Fasilitas Jemaah Haji Indonesia di Arafah

“Itu ada alasannya, masyaqqah, kesulitan. Dalam maqashid syariah kan, ada hifdzunnafs ya, ada pertimbangan keselamatan jemaah,” tuturnya.

Buya Anwar juga sepakat dengan program murur yang disiapkan pemerintah di mana para jemaah lansia, dan yang berisiko tinggi serta pendampingnya, akan mulai diberangkatkan dari Arafah langsung menuju Mina sejak pukul 19.00 malam.

“Itu, kan, artinya sudah melewati malam, ya. Saya kira sah. Malam kan dimulai dari terbenamnya matahari," ungkapnya.

"Memang ada ulama menyatakan lewat jam 12 malam, tapi situasi dan kondisinya tidak memungkinkan. Melihat space (ruang) sekarang ini, saya punya kesimpulan memang tidak mungkin,” sambung Anwar.

Sebelumnya, Kemenag mencatat 45 calon haji Indonesia 2024 batal berangkat ke Tanah Suci.

Juru bicara Kemenag, Anna Hasbie, mengungkapkan 45 calon haji tersebut batal melaksanakan ibadah haji tahun ini meski visanya telah terbit.

"Ada 45 jemaah yang visanya sudah terbit, namun akhirnya batal berangkat karena beragam alasan. Sementara proses pemvisaan sudah ditutup sehingga sudah tidak dimungkinkan lagi dilakukan penggantian," kata Anna, Selasa, dikutip dari Kompas.com.

Anna menyebutkan, proses pemberangkatan jemaah haji reguler ke Arab Saudi juga sudah berakhir pada Selasa.

Sistem informasi dan komputerisasi haji Kemenag mencatat, dari 213.320 kuota haji reguler Indonesia, 213.275 orang telah berada di Arab Saudi.

"Sisa 45 jemaah ini angka terkecil dalam konteks serapan kuota haji. Jadi, haji 2024 itu terbanyak dalam kuota, tertinggi dalam serapan kuota. Angka serapan kuotanya mencapai 99,98 persen," kata dia.

Baca Juga: Jemaah Haji Patuna Mulai Survei Lokasi Pelemparan Jumrah di Malam Hari

 

Penulis : Kiki Luqman Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV/Kompas.com


TERBARU