Bahaya Melihat Gerhana Matahari Tanpa Pelindung Menurut Dokter Spesialis Mata, Bisa Buta Permanen?
Sains | 19 April 2023, 16:24 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Bahaya melihat gerhana Matahari yang akan terjadi besok, Kamis (20/4/2023) di sejumlah wilayah di Indonesia diungkapkan oleh dokter spesialis mata.
Dokter spesialis mata di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Sardjito Yogyakarta, Suhardjo menjelaskan, yang berbahaya bagi mata bukan proses gerhananya, melainkan paparan sinar ultraviolet dari matahari tersebut.
Paparan sinar ultraviolet ini juga sangat berbahaya pada rentang waktu pukul 9 pagi hingga 3 sore.
”Dampak dari paparan sinar ultraviolet ini memang tidak langsung menimbulkan kebutaan permanen. Namun, dampaknya tetap akan dirasakan dalam jangka panjang,” ujar guru besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) itu, Senin (17/4/2023) dilansir dari Kompas.id.
Menurut Suhardjo, dari hasil penelitian, paparan sinar ultraviolet merupakan salah satu penyebab terjadinya katarak pada petani usia 50-an.
Mereka sering mengalami katarak karena kerap tidak menggunakan pelindung kepala saat berada di sawah siang hari.
Keluhan penglihatan akibat terkena sinar matahari juga dapat timbul tanpa nyeri dan tidak langsung terasa.
Gejala yang terjadi di antaranya penglihatan buram, terdapat skotoma atau bayangan hitam yang menutupi pandangan, gangguan warna, silau, dan sakit kepala.
Sementara itu, melansir dari situs Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami), sinar matahari dapat menyebabkan kerusakan mata yang disebut solar retinopathy, yakni rusaknya jaringan retina akibat paparan sinar Matahari dengan intensitas tinggi dan waktu yang lama.
Baca Juga: Jadwal dan Wilayah yang Alami Gerhana Matahari Total 2023 Besok, Ada di Mana Saja?
Penyebab solar retinopathy ialah melihat matahari secara langsung, baik saat terik maupun saat terjadi gerhana matahari.
Secara spesifik, kerusakan retina akibat melihat gerhana matahari disebut solar eclipse retinopathy.
Retina merupakan lapisan terdalam di mata yang berfungsi menerima cahaya dan mengantarkannya ke otak untuk diolah agar membentuk bayangan atau citra.
Gangguan penglihatan solar eclipse retinopathy disebabkan karena sinar matahari (ultraviolet dan inframerah) dengan intensitas yang tinggi masuk melalui lubang pupil, kemudian difokuskan di retina.
Akibatnya, suhu retina bisa meningkat hingga 10-25 derajat celcius. Kondisi ini berbahaya bagi retina.
Pasalnya, peningkatan suhu retina sebanyak 4 derajat saja dapat meningkatkan radikal bebas dan kerusakan termal atau fotokimia terhadap sel fotoreseptor di retina.
Saat gerhana Matahari terjadi, sebagian besar sinar Matahari akan tertutup oleh bulan, sehingga langit akan terlihat gelap dan menatap langsung ke arah Matahari tidak akan terasa silau.
Baca Juga: Gerhana Matahari dan Hubungannya dengan Awal Bulan Syawal atau Idulfitri 1444 Hijriah
Padahal dalam keadaan ini, ukuran pupil mata menjadi lebih lebar sehingga semakin banyak sinar Matahari yang masuk ke dalam mata.
Akibatnya, semakin besar pula kerusakan di retina. Menatap sinar Matahari kurang dari satu menit saja sudah dapat menyebabkan kerusakan yang signifikan
Gejala solar eclipse retinopathy
Kondisi ini dapat timbul tanpa nyeri dan tidak langsung terasa. Keluhan penglihatan bisa timbul satu hari hingga satu bulan setelah melihat gerhana Matahari.
Gejala yang dapat terjadi di antaranya penglihatan buram, terdapat skotoma (bayangan hitam yang menutupi pandangan), metamorphopsia (melihat garis lurus menjadi bengkok, melihat benda menjadi lebih besar/kecil), gangguan penglihatan warna, silau dan sakit kepala.
Baca Juga: 4 Tips Aman Lihat Gerhana Matahari pada 20 April, Jangan Lihat Langsung!
Umumnya keluhan terjadi pada kedua mata. Sebagian besar kasus, ketajaman penglihatan dapat kembali normal dalam beberapa bulan.
Namun, beberapa pasien mengalami kerusakan permanen tajam penglihatan dan skotoma yang menetap.
Dokter spesialis mata pun menyarankan masyarakat yang ingin melihat fenomena gerhana Matahari dengan menggunakan sejumlah alat, baik kacamata khusus gerhana hingga alat proyeksi lubang jarum.
Penulis : Nadia Intan Fajarlie Editor : Fadhilah
Sumber : Kompas TV/Kompas.id