> >

Melihat Hubungan Musik Eksperimental dengan UFO, Ini Penjelasannya

Sains | 16 Maret 2024, 03:00 WIB
Avatar Curators dalam seminar dan konser mini Program Doktor (S3) Kajian Budaya, Seni, Sains, dan Teknologi, Selasa (12/03/2024). (Sumber: istimewa)

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV- Menjelang Indonesia UFO (Unidentified Flying Object) Festival 2024 yang digelar pada Juli 2024, pegiat space art Venzha Christ kembali menghadirkan inovasi untuk memperkenalkan sains kepada masyarakat. Salah satunya, dengan menghadirkan duo musisi dari Jerman Rochus Aust dan Verena Barie, ke Yogyakarta.

Mereka yang dikenal dengan nama Avatar Curators ini sedang melakukan tur ke beberapa negara di kawasan Asia Pasifik. Venzha Christ yang juga merupakan direktur Indonesia Space Science Society (ISSS) menggandeng Universitas Sanata Dharma (USD) untuk mengadakan seminar dan konser mini Program Doktor (S3) Kajian Budaya, Seni, Sains, dan Teknologi, Selasa (12/03/2024).

“Lewat seminar dan menghadirkan Avatar Curators, kami ingin menjelaskan hubungan musik eksperimental dengan UFO,” ujar Venzha, Kamis (14/3/2024).

Baca Juga: VMARS, Analog Mars Pertama di Asia Tenggara Gencar Promosi ke Luar Negeri

Menurut Venzha, jika orang mendengar kata UFO yang terbayang dalam benak kebanyakan adalah sebuah piring terbang yang menampakkan diri di udara secara cepat dan kemudian menghilang. Namun, ia tidak menampik ada juga yang membayangkan sebuah getaran, frekuensi, atau bahkan sebuah alunan musik.

“Musik yang kita kenal selama ini kebanyakan adalah sebuah alunan komposisi dengan pola dinamis yang sangat indah untuk didengar dan dinikmati. Musik adalah sesuatu yang bisa membuat kita merasakan sensasi tertentu. Dan dengan musik pulalah kita bisa menciptakan sebuah makna baru dari sebuah kejadian dalam hidup,” kata Venzha.

Melalui Avatar Curators, ia ingin memperkenalkan paradigma baru tentang konsep dasar bunyi-bunyian dan frekuensi. Sebab duo Musisi Jerman ini mengemasnya dalam berbagai instrumen musik yang dirancang sendiri.

“Dan dikatakan bisa menerjemahkan frekuensi anomali dengan alunan dan getaran (vibrasi) terhadap keberadaan UFO dan Extra-Terrestrial,” tuturnya.

Sementara akademisi USD Gregorius Budi Subanar sebagai moderator seminar mengatakan sudah tidak ada lagi batasan antara seni dan perkembangan teknologi saat ini.

“Keterbukaan pengetahuan akan selalu dinamis untuk menemukan bentuk-bentuk baru dalam aktivitasnya, termasuk juga dengan fenomena UFO dan Extra-Terrestrial ini,” kata Romo Banar.

Penulis : Switzy Sabandar Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU