> >

Data 500 Juta Pengguna Facebook Bocor, Ada 106 Negara Termasuk Indonesia

Internet | 4 April 2021, 16:28 WIB
Logo Facebook (Sumber: AP Photo)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Data pribadi milik lebih dari 500 juta pengguna Facebook dilaporkan telah bocor dan beredar di forum peretas.

Ratusan juta data yang bocor tersebut berasal dari pengguna Facebook di 106 negara termasuk Indonesia.

Seorang pengguna di forum peretas amatir baru-baru ini diketahui menyebarkan ratusan data pengguna yang bocor tersebut secara gratis. Hal ini membuat ratusan juta data tersebut dapat diakses bagi siapapun di internet.

Baca Juga: Sanggupkah RUU Perlindungan Data Pribadi Perangi Maraknya Kebocoran Data?

Sebanyak 130.000 pengguna Facebook asal Indonesia turut jadi korban dari kebocoran data ini.

Sementara itu, negara Mesir paling banyak terdampak atas kejadian ini yang mencapai angka 44,8 juta pengguna.

Ada pula dari Tunisia (39,5 juta), Italia (35,6 juta), dan Amerika Serikat (32,3 juta).

Data pribadi yang dilaporkan bocor meliputi informasi nama lengkap, nomor telepon, lokasi, tanggal lahir, ID Facebook, status pernikahan, hingga alamat e-mail.

Melansir Business Insider (3/4/2021), Facebook melalui juru bicaranya telah mengonfirmasi laporan kebocoran data ini.

Menurut juru bicara Facebook, kebocoran ratusan juta data pengguna disebabkan akibat adanya kerentanan keamanan yang dialami Facebook, yang diakui sudah ditambal pada 2019.

Baca Juga: Gegara Fitur Tagging, Facebook Harus Bayar Rp 9,2 Triliun Usai Digugat oleh 1,6 Juta Penggunanya

Kebocoran data pengguna Facebook ini pertama ditemukan pada bulan Januari lalu oleh Chief Technology Officer (CTO) dari firma intelijen kejahatan siber Hudson Rock, Alon Gal.

Menurut Gal, meski sudah terjadi dua tahun lalu dan telah diperbaiki, para korban kebocoran data di Facebook masih akan menghadapi ancaman kejahatan siber.

Informasi pribadi yang bocor dan beredar dengan luas di internet tersebut dapat diakses para penjahat siber, dan dapat disalahgunakan untuk melakukan penipuan melalui penyamaran atas nama korban kebocoran data.

"Basis data berisi informasi pribadi sebesar itu pasti akan dimanfaatkan cybercriminal untuk melakukan serangan rekayasa sosial atau upaya peretasan," ujar Gal seperti dikutip dari Business Insider yang dihimpun KompasTekno, Minggu (4/4/2021).

Baca Juga: Facebook Mulai Perketat Soal Konten Politik di Indonesia

Kebocoran data ini diketahui bukan yang pertama kali terjadi.

Sebelumnya pada tahun 2016, 80 juta data pengguna Facebook dicuri oleh Cambridge Analytica yang digunakan dalam membangun profil untuk membidik para pemilih di Pemilu AS 2016.

Kasus kebocoran data Cambridge Analytica baru terungkap dua tahun berselang pada 2018.

Pada saat itu, Facebook berjanji akan menindak pencurian data massal di platformnya.

Penulis : Gempita Surya Editor : Fadhilah

Sumber : Kompas TV


TERBARU