Penulis : Nurul Fitriana | Editor : Hariyanto Kurniawan
JAKARTA, KOMPAS.TV - BMKG menyatakan saat ini Indonesia sedang mengalami fenomena La Nina yang diprediksi akan berlangsung mulai Oktober hingga Februari 2021.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menegaskan, La Nina bukanlah badai tropis. Itu disebabkan karena keduanya memiliki sifat yang berbeda.
"La Nina bukan badai tropis, La Nina sifatnya global dan regional serta berlangsung lama. Sedangkan badai tropis hanya (berlangsung) beberapa hari tidak sampai satu bulan ada kecepatan angin dan hujan lebat," kata Dwikorita dalam konferensi pers BMKG secara daring, Senin (18/10/2021).
La Nina adalah fenomena alam yang dikontrol oleh perbedaan suhu muka air laut antara samudera pasifik bagian tengah timur dengan wilayah perairan Indonesia.
Nama La Nina diambil dari bahasa Spanyol yang berarti gadis kecil. Fenomena ini merupakan kebalikan dari fenomena El Nino yang menyebabkan panas di Indonesia.
Saat terjadinya La Nina, udara jadi terasa lebih dingin atau mengalami curah hujan yang lebih tinggi.
Baca Juga: Waspada Dampak La Nina, BMKG: Mulai dari Longsor, Banjir hingga Angin Puting Beliung
Bahkan, La Nina menjadi salah satu faktor yang menyebabkan musim hujan di Indonesia terjadi, selain angin muson.
Menurut mantan rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) ini, La Nina membawa massa udara dari Samudera Pasifik ke Perairan Indonesia yang memicu terjadinya awan hujan. Oleh karena itu, La Nina berbeda dengan badai tropis yang membawa sirkulasi angin yang kencang.
Seperti dijelaskan Dwikorita dalam konferensi pers BMKG, fenomena La Nina terjadi karena Suhu Muka Laut (SML) di Samudera Pasifik bagian tengah mengalami pendinginan hingga di bawah suhu normal.
Sumber : Kompas TV/BMKG