Kompas TV internasional krisis rusia ukraina

Rusia Sudah Tembakkan 2.811 Rudal Ke Ukraina

Kompas.tv - 29 Juni 2022, 10:59 WIB
rusia-sudah-tembakkan-2-811-rudal-ke-ukraina
Warga mengerumuni sebuag pusat perbelanjaan yang terbakar akibat serangan rudal Rusia di Kremenchuk, Oblast (daerah setingkat provinsi) Poltava, Ukraina, Senin (27/6/2022). (Sumber: Viacheslav Priadko/Associated Press)
Penulis : Rofi Ali Majid | Editor : Iman Firdaus

KIEV, KOMPAS.TV - Presiden Ukraina Vladimir Zelenskyy dalam pidato pada Selasa malam (28/6/2022) menyebut Rusia telah menembakkan 2.811 rudal sejak perang dimulai Februari tahun ini.

Pidato itu disampaikan oleh Zelenskyy sehari jelang pertemuan dengan Presiden RI Joko Widodo alias Jokowi.

"Pada malam ini, jumlah total rudal Rusia yang telah menghantam kota-kota kita sudah 2.811. Ada lebih banyak bom udara, banyak peluru artileri," tegas Zelenskyy yang mengunggah naskah pidatonya di laman resmi kepresidenan Ukraina.

"DK PBB hari ini berdiri mengheningkan cipta untuk memperingati semua orang Ukraina yang dibunuh oleh tentara Rusia di tanah kami," lanjut Zelenskyy.

Sebelum berpidato untuk rakyatnya, Zelenskyy telah menghadiri pertemuan Dewan Keamanan (DK) PBB pada malam yang sama, secara virtual, di bawah pimpinan Albania selaku pemegang presidensi DK PBB 2022.

Rusia, anggota tetap DK PBB, turut hadir dalam pertemuan itu dan memutuskan ikut berdiri mengheningkan cipta. Zelensky menyebutnya sebagai "hanya agar tidak terlihat seperti pembunuh."

"Tetapi semua orang tahu bahwa itu adalah teror Rusia, itu adalah negara Rusia yang membunuh orang-orang yang tidak bersalah dalam perang, yang dilancarkan terhadap rakyat Ukraina ini," lanjutnya.

Baca Juga: Jelang ke Ukraina & Rusia, PM Italia Sebut Jokowi Didemo Anggota G7

Di sisi lain, Dmitry Polyansky selaku wakil Rusia di PBB mengaku geram atas sikap Albania yang mengundang Ukraina dalam forum DK PBB.

"Belum ada konsultasi dengan semua anggota DK PBB tentang masalah ini. Para delegasi dihadapkan dengan fakta ini pada saat-saat terakhir," ungkap Polyansky seperti diberitakan TASS.

Polyansky menyebut tindakan Albania "melanggar praktik dan metode kerja Dewan Keamanan yang ada." 

"Dewan Keamanan seharusnya tidak berubah menjadi platform di mana Presiden Zelensky, meskipun dari jarak jauh, dapat mendulang lebih banyak senjata NATO," tegas Polyansky.

Dalam pidatonya di hadapan DK PBB, Zelenskyy diketahui mendesak PBB untuk menunjuk Rusia sebagai "negara teroris" dan mengeluarkannya dari keanggotaan tetap DK PBB.

Baca Juga: Agenda Jokowi di Ukraina, Temui Zelenskky dan Kirim Bantuan 5 Juta Dolar AS

 



Sumber : Kompas TV/TASS


BERITA LAINNYA



Close Ads x