JAKARTA, KOMPAS.TV- Menteri Koperasi dan UKM (Menkop UKM) Teten Masduki telah bertemu dengan manajemen Shopee pada Kamis 18 Februari kemarin. Pertemuan itu membahas keberadaan Mr Hu di Shopee yang meresahkan masyarakat.
Head of Public Policy and Government Relations Shopee Indonesia Radityo Triatmojo mengatakan, dari 4 juta penjual aktif di Shopee, 98,1% nya merupakan UMKM yang berasal dari Indonesia. Sedangkan penjual crossborder atau lintas negara seperti Mr Hu hanya 0,1% saja.
Sementara dari total seluruh penjualan barang Shopee, 74,1% berasal dari produk UMKM dalam negeri dan 3%
dari produk crossborder. Sisanya baru dari pedagang besar lokal.
Baca Juga: Ramai #sellerasingbunuhUMKM, Menkop UKM akan Panggil Shopee soal Mr Hu
"Shopee berkomitmen untuk mendukung pertumbuhan serta keberlangsungan bisnis para pelaku UMKM di Indonesia dengan memberikan sorotan khusus melalui inisiatif dan inovasi yang dihadirkan sejak awal Shopee berdiri," kata Radityo dalam keterangan tertulisnya seperti dikutip dari Kompas.com, Jumat (19/02/2021).
Shopee juga sudah bekerja sama dengan sejumlah Kementerian/Lembaga mengadakan program edukasi dan pendampingan, dengan program Kampus Shopee.
Shopee juga memiliki kanal khusus Kreasi Nusantara untuk memasarkan produk UMKM dalam negeri.
Baca Juga: Soal IPO di AS, Traveloka: Kami Ingin Satu Liga dengan Perusahaan Teknologi Dunia
Sementara itu, Menkop UKM Teten Masduki menegaskan pihaknya akan melindungi UMKM lokal. Jika diperlukan, Teten akan membuat regulasi khusus agar produk UMKM lokal menjadi prioritas di semua e-commerce.
"Jika diperlukan, Kementerian Koperasi dan UKM akan mendorong diterbitkannya kebijakan Pemerintah untuk melindungi UMKM dari praktik perdagangan yang tidak adil," kata Teten dalam keterangan tertulisnya.
Tagar #SellerAsingBunuhUMKM ramai di Twitter sejak kemarin. Warga Twitter banyak mengunggah bukti transaksi pembelian barang kebutuhan rumah tangga di Shopee yang semuanya dikirim oleh penjual bernama Mr Hu dari China.
Baca Juga: Traveloka akan IPO di Bursa AS
Masalahnya, Mr Hu menjual barang dengan harga yang sangat murah. Masyarakat pun khawatir hal ini bisa 'mematikan' UMKM dalam negeri.
Ekonom: Pemerintah Harus Batasi Barang Impor di E-commerce
Sementara itu, Ekonom Indef Bhima Yudhistira menjelaskan, e-commerce memangbjadinsalah satu penyebab banjirnya produk China di Indonesia.
Menurutnya,perusahaan e-commerce yang beroperasi di Indonesia sebagian besar sudah berafiliasi dengan grup perusahaan di China.
Baca Juga: Mantan Menparekraf Wishnutama Kembali Jadi Komisaris Tokopedia
"Memang strategi dari pebisnis China untuk mengakuisisi e-commerce di Indonesia, bisa dijadikan channel distribusi produk asal China," kata Bhima seperti yang dikutip dari Kompas.com, Jumat (19/02/2021).
Melihat Indonesia sebagai pasar yang potensial, perusahaan China yang membeli saham e-commerce Indonesia pun melakukan aksi promo dan diskon. Bahkan berani memberikan gratis ongkos kirim dan sering menggelar event diskon hingga 90%.
Harga produk China yang dijual bisa sangat murah, karena jaringan logistik yang memberikan efisiensi pengiriman produk dari China secara wholesale.
Baca Juga: Wishnutama jadi Komisaris Utama Telkomsel, Telkom: Dia Berpengalaman di Industri Digital
"Produknya akan disortir di gudang China, kemudian dikirim secara bulk atau melalui kontainer yang sama, sehingga akan menekan ongkos kirim," jelas Bhima.
Hal ini pun akan membuat para pemain lokal akan kalah bersaing dan akhirnya harus gulung tikar.
Menurut Bhima, insentif yang diberikan pemerintah untuk UMKM dalam negeri belum optimal. Sehingga banyak produsen lokal yang produktivitasnya minim.
"Sekarang anak muda juga makin malas memproduksi barang karena tidak ada insentifnya. Maka Indonesia akan jadi negara distributor saja, jadi trader," tegas dia.
Pemerintah juga seharusnya mengatur porsi barang impor di platform e-commerce. Misalnya dengan mengeluarkan regulasi maksimal 30 persen barang impor by country origin di e-commerce.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.