Kompas TV bisnis ekonomi dan bisnis

Jokowi Sebut Hal Ini Jadi Kunci Agar RI Bisa Hadapi Resesi Global di 2023

Kompas.tv - 1 Desember 2022, 06:21 WIB
jokowi-sebut-hal-ini-jadi-kunci-agar-ri-bisa-hadapi-resesi-global-di-2023
Presiden Jokowi saat berbicara di Pertemuan Tahunan BI Tahun 2022, Rabu (30/11/2022), di Assembly Hall Jakarta Convention Centre, Jakarta. (Sumber: Setkab )
Penulis : Dina Karina | Editor : Gading Persada

JAKARTA, KOMPAS.TV - Presiden RI Joko Widodo atau Jokowi menyampaikan, Indonesia harus optimistis namun tetap hati-hati dan waspada, dalam menghadapi kondisi global di tahun 2023. Lantaran tahun depan masih penuh ketidakpastian dan sulit diprediksi. 

Pada berbagai kesempatan sebelumnya, Jokowi juga menyebut kondisi ekonomi di 2023 akan lebih gelap. Pasalnya banyak negara akan masuk ke jurang resesi. 

Dalam melakukan perumusan kebijakan, Presiden menekankan agar sinergi fiskal dan moneter terus diperkuat sehingga kebijakan atau policy ekonomi nasional yang dihasilkan, memberikan manfaat yang besar bagi rakyat dan negara.

Hal itu ia sampaikan saat berbicara pada Pertemuan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2022, Rabu (30/11/2022), di Assembly Hall Jakarta Convention Centre, Jakarta.

“Kita semuanya harus optimistis tahun depan tetapi tetap harus hati-hati, harus waspada setiap membuat policy, fiskal moneter harus selalu berbicara, harus selalu berdampingan sehingga semua policy yang ada itu betul-betul bermanfaat bagi rakyat dan negara,” ujar Presiden Jokowi seperti dikutip dari laman resmi Sekretariat Kabinet. 

Presiden pun menekankan tiga hal yang harus menjadi perhatian dalam menghadapi kondisi global tersebut.

Baca Juga: Ini 15 Daerah yang Manut Instruksi Jokowi soal Belanja Produk Dalam Negeri

Pertama, adalah ekspor. Presiden menyampaikan, nilai ekspor Indonesia yang tahun lalu dan sekarang melompat sangat tinggi, dapat mengalami penurunan di tahun mendatang. 

Ekspor bisa saja terdampak situasi perekonomian di sejumlah mitra dagang Indonesia, seperti Tiongkok dan Uni Eropa.

“Problem di Tiongkok yang belum selesai sehingga ekonomi mereka juga turun karena policy nol Covid-19. Kemudian di Uni Eropa juga sama. Pelemahan ekonomi pasti, resesinya kapan, tinggal ditunggu saja, kita tunggu saja tapi pelemahan ekonomi pasti. Di Amerika juga sama, Fed Funds Rate terus naik," tutur Jokowi. 

"Artinya, itu mengerem pertumbuhan, artinya ekonominya pasti akan melemah. Ekspor kita ke sana juga gede banget, ekspor kita ke Tiongkok/Cina itu gede banget, ke Uni Eropa juga gede. Oleh sebab itu, hati-hati,” tambahnya. 

Kedua, adalah investasi. Presiden menilai, upaya reformasi struktural yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia mendorong timbulnya kepercayaan dari para investor. Hal ini  harus diikuti oleh implementasi yang benar di lapangan.

Baca Juga: Jokowi Sebut Provinsi Paling Bahagia adalah Maluku Utara, Ekonomi Tumbuh 27 Persen

“Dilihat bahwa kita memang ingin membangun sebuah cara-cara kerja baru, kita ingin membangun sebuah mindset baru, itulah yang menimbulkan trust dan kepercayaan terhadap kita. Tapi hati-hati, masih perlu policy-policy yang kita reform, dan perlu pelaksanaan di lapangan yang benar,” ujar Jokowi. 

Di tahun 2023, pemerintah menargetkan investasi sebesar Rp1.400 triliun atau meningkat dari tahun 2022 sebesar Rp1.200 triliun. Meski tidak mudah karena semua negara berebut investasi, Presiden Jokowi meyakini pemerataan pembangunan yang dilakukan di seluruh tanah air akan mampu menarik minat para investor untuk menanamkan modal di Indonesia.


 

“Saya titip tadi kepada seluruh kementerian, kepada gubernur, kepada bupati, kepada wali kota, jangan sampai ada yang mempersulit, mengganggu capital inflow/arus modal masuk dalam rangka investasi ini. Karena ini menjadi salah satu kunci pertumbuhan ekonomi kita,” ucap Jokowi. 

Pria yang pernah menjadi Gubernur DKI Jakarta dan Walikota Solo itu menambahkan, pemerataan pembangunan juga berdampak besar pada peningkatan titik-titik pertumbuhan ekonomi baru sekaligus investasi di luar Jawa. Seperti di kawasan pariwisata Mandalika di Nusa Tenggara Barat, Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur, dan Morowali di Sulawesi Tengah.

“Tadi saya mendapatkan laporan bahwa sekarang investasi di luar Jawa itu sudah lebih besar dari Pulau Jawa. Dulu biasanya angkanya 70:30, Jawa 70, luar Jawa 30, sekarang luar Jawa sudah 53 persen, luar Jawa sudah 53 persen," ungkap Jokowi. 

Baca Juga: UMK Bekasi 2023 Naik 7,2 Persen Jadi Rp5,1 Juta, Kadisnaker: Sudah Sesuai Aturan

"Inilah menurut saya keberhasilan membangun infrastruktur yang diikuti menumbuhkan titik-titik pertumbuhan ekonomi baru dan diikuti oleh investasi yang menuju ke luar Jawa,” lanjutnya. 

Ketiga, Presiden menekankan pentingnya untuk menjaga konsumsi rumah tangga yang sangat berdampak pada produk domestik bruto (PDB) nasional.

“Hati-hati mengenai pasokan pangan, hati-hati mengenai pasokan energi, yang harus betul-betul kita jaga agar konsumsi rumah tangga ini tetap tumbuh dengan baik, sehingga growth kita akan sesuai dengan target yang telah kita buat,” tandas Jokowi. 




Sumber : Sekretariat Presiden


BERITA LAINNYA



Close Ads x