Kompas TV cerita ramadan cerita

Sekilas Menara Masjid di Jawa, Simbol Perpaduan Beragam Budaya

Kompas.tv - 27 April 2021, 04:25 WIB
sekilas-menara-masjid-di-jawa-simbol-perpaduan-beragam-budaya
Masjid Banten Lama dengan menaranya yang dianggap tertua di Indonesia  (Sumber:disparbud.provinsi banten-)
Penulis : Iman Firdaus

JAKARTA, KOMPAS.TV- Sudah lazim setiap masjid di Indonesia, selain memiliki kubah juga terdapat menara. Meski bukan keharusan, namun dua ciri arsitektur tersebut seolah sudah melekat dan menjadi ciri khas. 

Menurut ahli bahasa daerah asal Belanda G.F. Pijfer (lahir di Belanda 1893), menara yang dikenal saat ini sebenarnya bukanlah bangunan yang berasal dari Indonesia. Bahkan disebutkan pula bukan penemuan dalam peradaban Islam. 

"Bahwa menara itu bukan penemuan asli Islam seperti yang dibuktikan oleh sejarah agama dan arsitektur, tidaklah menjadi soal," tulis Pijper dalam bukunya Penelitian tentang  Agama Islam di Indonesia 1930-1950.

Baca Juga: Berdiri Sejak 1869, Ini Dia Penampakan Masjid Pertama di Kota Bandung

Pijper menuliskan bahwa menara di Jawa termasuk baru. Sebab masjid-masjid kuno belum mengenal menara. Menara masjid yang dianggap tertua di Jawa, yaitu Masjid Menara Kudus.

Bangunan dari Masjid Menara Kudus merupakan perpaduan dengan arsitektur Hindu-Jawa.

Dan menara masjid tua  dengan gaya perpaduan barat, ada di Masjid Banten lama. Menara masjid ini disebut meniru gaya mercusuar. Temboknya yang kokoh dan bangunan atapnya memberi warna Eropa. 

Maklum, menara dan masjid ini dibangun pada 1556 oleh seorang arsitek Belanda bernama Hendick Lucasz Cardeel di masa pemerintahan   Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570).

Menurut Pijper, banyak masjid di Jawa yang menambah menara dalam bangunannya. Semua itu atas pertimbangan semata-mata untuk menghias agar tampak lebih besar. 

Di sisi lain,  menara memiliki fungsi untuk mengumandangkan azan lima kali sehari. Meski pun, kata Pijper, seringkali hanya digunakan sekali yaitu ketika mengumandangkan adzan di hari Jumat. 

Ketika teknologi pengeras suara seperti toa belum dikenal, maka muazin akan naik ke atas menara dan mengumandangkan azan di sana.

Baca Juga: Zaskia Mecca Akhirnya Ketemu Tetangganya yang Bangunkan Sahur Lewat Toa Masjid

 "Di beberapa tempat ada kebiasaan untuk menyerukan azan di menara pada setiap waktu salat, terutama pada bulan Ramadan,"jelas Pijper.

Yang unik, menara-menara di Jawa tidak dibangun dalam satu macam gaya. Hal ini menunjukkan tidak ada yang baku dalam membangun menara dan kuatnya pengaruh asing. Banyak masjid di kota-kota kecil, kata Pijper,  tingginya tidak melebih atap masjid.

Bahkan, di beberapa daerah di Jawa Barat, banyak menara dibuat dari bahan bambu yang cepat rusak. Hal itu ditulisan Pijper dalam mengamati menara pada tahun 1930-1950-an.

Dan saat ini, menara masjid banyak yang dibangun melebihi atap masjid. Fungsi menara pun jelas untuk menyimpan pengeras suara sehingga bunyi azan bisa terdengar sampai jauh, seperti kutipan catatan Thomas  moore (1779-1852) dalam bukunya Paradise and Peri:

"Tetapi dengarlah, suara azan maghrib memanggil untuk salat. Setelah matahari perlahan terbenam, sayup-sayup naik ke udara, dari ribuan menara Syiria."     
       



Sumber : Kompas TV



BERITA LAINNYA



Close Ads x