Kompas TV cerita ramadan risalah

Syekh Ahmad Surkati: Dari Sudan Jadi Ulama Pembaharu Islam dan Mendirikan Al-Irsyad di Indonesia

Kompas.tv - 19 April 2022, 12:30 WIB
syekh-ahmad-surkati-dari-sudan-jadi-ulama-pembaharu-islam-dan-mendirikan-al-irsyad-di-indonesia
Sosok Syekh Ahmad Surkati, ulama pembaharu dari Sudan yang mendirikan Al-Irsyad (Sumber: Al-Irsyad.or.id)
Penulis : Dedik Priyanto | Editor : Desy Afrianti

Di Batavia pula, ia mengajar dan mendapatkan banyak pengikut. Gagasan rasional Ahmad Surkati tentang pembaharun Islam cukup digemari oleh khalayak saat itu.

Mendirikan Al-Irsyad

Pada 15 Syawal 1332 atau 6 Septmber 1914, Ahmad Surkati mendirikan organisasi yang disebut Al-Irsyad Islamiyah, sebuah organisasi yang bergerak di bidang Pendidikan dan kegiatan keagamaan.

Sejarah mencatat, dalam perkembangannya, Al-Irsyad mendirikan banyak sekolah dan pendidikan agama di Indonesia, serta menyebarkan gerakan pembaharuan di Indonesia.

Lantas, apakah Al-Irsyad hanyalah organisasi bagi keturunan Arab?

Pada umumnya, anggota organsiasi Al-Irsyad terdiri atas orang Indonesia keturuna Arab yang berasal dari Hadrami atau Hadramaut.

Menurut Prof J. Suyuthi Pulungan anggapan ini sebenarnya tidak sepenuhnya benar sebab anggota di dalamnya juga tidak semua Arab. Bahkan, dalam peraturan organisasi juga tidak demikian.

Namun, satu hal yang membuat jejak pengaruhnya kuat adalah, ia menjadi trio pembaharu Islam di Indonesia bersama dengan Ahmad Dahlan (Pendiri Muhammadiyah) dan A. Hassan (Pendiri Persis).

Gagasan ketiganya tentang kejumudan berpikir Islam dan pembaharuan Islam memiliki pengaruh kuat hingga kini dalam sejarah tumbuh kembang peradadan Islam di Indonesia.

“Ar-Isyad di masa-masa kelahirannya dikenal sebagai kelompok pembaharu Islam di Indonesia, bersama Muhamamadiyah dan Persatuan islam (persis),” tulis Prof J. Suyuthi

Dimakamkan Apa Adanya, Amalnya Abadi

Ahmad Surkati tutup usia pada hari Kamis, 6 September 1943, jam 10.00 pagi, di kediaman ia Jalan Gang Solan (sekarang Jl. KH. Hasyim Asy'ari no. 25) Jakarta.

Ia wafat tepat 29 tahun setelah ia mendirikan Al-Irsyad dan membuat organasisi ini dikenal sebagai salah satu organisasi Islam besar yang melakukan pembaharuan Islam.

Jenazahnya diantar ke Pekuburan Karet, Jakarta, tanpa batu nisan atau apa pun. Hal ini sesuai dengan wasiatnya sebelum wafat yang ingin dimakamkan apa adanya.

Jejaknya begitu kuat dengan banyaknya sekolah, pesantren maupu rumah sakit Al-Irsyad. Pada masa revolusi, ia termasuk salah satu ulama yang keras pada penjajah dan jadi pembaharu Islam yang kian memperkaya khazanah peradaban Islam di Indonesia. Amalnya abadi hingga kini. 

Baca Juga: Sosok dan Jejak Muhammad Zainuddin Abdul Madjid: Ulama Kharismatik NTB, Pendiri Nahdlatul Wathan




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x