Kompas TV ekonomi ekonomi dan bisnis

Harga Beras, Gula, Minyak Goreng Mahal, Aprindo Sebut Harga dari Produsen sudah Tinggi

Kompas.tv - 11 Februari 2024, 21:08 WIB
harga-beras-gula-minyak-goreng-mahal-aprindo-sebut-harga-dari-produsen-sudah-tinggi
Ilustrasi. Masyarakat mengeluhkan harga sejumlah bahan pangan, terutama beras, belakangan ini. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mengungkap, kenaikan harga bahan pokok seperti beras, gula, dan minyak goreng terjadi lantaran mereka juga sudah mendapat harga yang tinggi dari produsen. (Sumber: bangka.tribunnews.com)
Penulis : Dina Karina | Editor : Deni Muliya

JAKARTA, KOMPAS.TV - Masyarakat mengeluhkan harga sejumlah bahan pangan, terutama beras, belakangan ini.

Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mengungkapkan, kenaikan harga bahan pokok seperti beras, gula, dan minyak goreng terjadi lantaran mereka juga sudah mendapat harga yang tinggi dari produsen.

Ketua Umum Aprindo, Roy N Mandey menyatakan, jika saat ini para produsen telah menaikkan harga beli (tebus) sebesar 20-35 persen di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) sejak sepekan terakhir.

"Faktanya saat ini kami tidak ada pilihan dan harus membeli dengan harga di atas HET dari para produsen atau pemasok beras lokal, bagaimana mungkin kami menjual dengan HET," kata Roy seperti dikutip dari Antara, Minggu (11/2/2024). 

Ia menjelaskan, jika produsen sudah memberi harga tinggi maka para peritel tidak bisa mengubahnya. Sehingga mau tak mau para peritel juga harus mengerek harga jual mereka agar tak merugi. 

Baca Juga: Harga Beras Mahal, Kepala Bapanas: Januari-Februari Ini Kita Kekurangan 2,4 Juta Ton

Kenaikan harga dari produsen juga bisa menyebabkan kekosongan atau kelangkaan bahan pokok di gerai ritel modern Indonesia.

Selanjutnya, hal tersebut bisa saja memicu panic buying atau pembelian secara berlebihan karena takut kekurangan stok.

Roy mengaku saat ini para peritel sudah susah mendapatkan suplai beras untuk tipe premium lokal kemasan 5 kilogram.

Pasokannya terbatas karena masa panen raya baru akan terjadi pada Maret 2024. 

Berkurangnya pasokan beras juga disebabkan beras yang diimpor pemerintah belum masuk ke Indonesia. 

"Situasi dan kondisi yang tidak seimbang antara suplai dan demand inilah yang mengakibatkan kenaikan HET beras pada pasar ritel modern dan pasar rakyat," ujarnya. 

Baca Juga: Kepala OIKN Sebut Istana Negara dan Hotel Nusantara Siap Dipakai untuk Upacara 17 Agustus 2024

Oleh karena itu, Aprindo meminta pemerintah untuk merelaksasi HET dan harga acuan lainnya agar peritel dapat membeli bahan pokok dari produsen.

Relaksasi ini pun bertujuan untuk mencegah kekosongan dan kelangkaan bahan pokok, terlebih pada Februari ini, para peritel mulai melakukan pembelian dari produsen guna persiapan pasokan Ramadhan dan Idul Fitri di gerai ritel modern.

"Kami memerlukan sikap Pemerintah dan pihak berwenang untuk merelaksasi pula aturan main HET yang ditetapkan sehingga peritel dapat terus membeli, menyediakan dan menjual kebutuhan pokok bagi masyarakat," tuturnya. 

Baca Juga: Harga Beras di Pekalongan Menyentuh Rp15 Ribu hingga Rp17 Ribu per Kilo

Aprindo juga mendorong agar kementerian/lembaga yang terkait dengan urusan pangan agar berkomunikasi secara intensif dengan para pelaku usaha di sektor hulu (produsen) hingga hilir (peritel).

Sehingga mereka mampu membuat kebijakan yang berorientasi pada urgensi dan solusi adaptif.

"Maka permasalahan anomali harga bahan pokok dapat terkelola dan terkendali dengan baik," tandasnya. 




Sumber : Antara


BERITA LAINNYA



Close Ads x